Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label curhat

Sebuah Kenyataan

 Untuk Sebuah Nama beberapa tahun lalu, aku sudah merasakan akan kehadiranmu, namun tak kujumpai secara nyata jejakmu, tapi rasa itu begitu kuat atas keberadaanmu. bertahun telah berlalu, aku tak peduli apakah kau manusia atau hantu, tak kubiarkan jiwa ragaku terjebak dalam bayang-bayang dirimu, aku memilih untuk bergerak maju bersama waktu. prahara yang ia tinggalkan telah memecahkan kristal berharga kami, di sini aku terluka karena serpihan pecahannya, sementara kau nikmati segala bahagia yang mestinya milik kami, sementara pedih perih luka itu dibiarkannya menganga. bertahun kemudian,  ketika luka sembuh sebagian, ada luka yang tak juga kunjung sembuh, justru dinikmati dan dinanti saat kambuh. Sakit, ya… aku tahu. Itu memang sakit.  betapa aku tak boleh mengaduh, dan aku harus tetap menggenggam kristal pecah itu, sementara prahara pun bertumbuh, serpihan pecahan pun makin merasuk serasa membunuh. hingga kau tersebut diantara amarah, dan aku pun teryakinkan bahwa kau bukan sekedar ar

Sebuah Integritas dan Resolusi

Kali ini, aku hanya ingin curhat. Aku tak tahu harus kuceritakan kepada siapa segala rasa ini. Sumpek rasanya. Lelah dan jenuh rasanya. Meluapkan dengan celotehan kecil di status WhatsApp atau Facebook bukanlah cara yang tepat lagi. Aku tak ingin segala rasa ini menjadi bumerang untukku. Sudah cukuplah rasa sesak ini, tak perlu ditambah dengan masalah baru. Tulisan ini mungkin tidak akan menarik untuk dibaca. Atau mungkin menjadi menarik bagi yang kepo. Setidaknya, halaman ini adalah halaman yang tersisa yang bisa kupakai untuk meluapkan kesumpekan ini.  Curhat Akhir Tahun  Setelah episode 50 tahun kehidupan yang penuh perjuangan, sudah sepantasnya aku mendambakan kehidupan yang damai. Tak perlu ada drama yang membuat dilema langkah. Tak perlu ada episode rasa negatif yang bisa menurunkan imunitas. Namun, karena waktu hidupku masih berdetak, aku masih harus berjuang untuk bertahan dengan sehat, stabil, dan sebaik mungkin yang bisa kuupayakan.   Satu-satunya pekerjaan yang bisa mener

Keresahan di Tengah Naskah

Setelah dua fiksi kubuat dari hari pertama hingga hari ke-12, hari ini adalah hari yang terasa sulit. Aku harus memulai sebuah fiksi baru. Fiksi ketiga ini pun sudah masuk dalam daftar bank ide sebenarnya. Namun, entah mengapa, aku sulit memulainya. Kalaupun sudah dimulai, aku menemukan kebingungan setelah dua paragraf. Bahkan belum lagi memulai ada dialog. Aku seperti berada di jalan buntu dan entah mau melangkah kemana lagi. Apakah harus locat pagar? Apakah harus lompati dinding? Ya Allah, aku merasa beda dengan dua fiksi sebelumnya yang lancar-lancar saja kutuliskan.  Sampai jam 20.00 wib, saat tulisan ini dibuat, aku belum menemukan sesuatu yang membuatku merasa  sulit untuk mulai menuliskannya. Sejujurnya, aku sudah merasa ketar-ketir dengan waktu yang tersisa. Hal itu karena menulis fiksi tak semudah menulis opini atau artikel seperti yang aku lakukan di dua jilid 30DWC yang lalu.  Hari ini pun aku menerima kabar bahwa tulisanku untuk antologi Hujan perlu dilakukan re