Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2021

Pernikahan

Apa sebenarnya tujuan orang menikah ?  Setiap kali kita menghadiri undangan pernikahan, kita ucapkan :  Selamat menempuh hidup baru. Semoga berbahagia selalu dalam keluarga sakinah mawadah wa rahmah Pertanyaan berikutnya adalah, seperti apa sih, keluarga sakinah mawadah wa rahmah   itu ?  Suatu pertanyaan yang akan sangat panjang penjelasannya. Penjelasan yang hanya bisa dijelaskan oleh seorang yang ahli dan penuh pengalaman hidup.   Menikah adalah keputusan sekali seumur hidup. Ketika keputusan telah ditetapkan, tentunya sudah dengan pertimbangan banyak hal. Menikah bukan hanya urusan menyatukan hidup seorang laki-laki dan perempuan. Secara sosial, menikah adalah penyatuan dua keluarga besar dengan latar belakang sosial budaya yang berbeda. Perlu banyak sabar untuk menghadapi dan memahami perbedaan di antaranya.  Kedua pihak yang menikah pun memutuskan menikah dengan harapan dan impiannya untuk hidup bahagia. Niat bersama untuk saling mengerti dan segala saling yang lainny

Perempuan dan Dunia Kerja

Perempuan maupun laki-laki menjalani masa-masa yang sama sejak bayi hingga masuk ke dunia sekolah. Namun, setelah lulus kuliah, tidak semua perempuan bekerja seperti halnya laki-laki. Hal itu karena, pada masa setelah lulus kuliah, perempuan yang kemudian memasuki masa berumah tangga menjadi punya dua pilihan. Pilihan untuk tetap bekerja di sebuah instansi atau menjadi ibu rumah tangga.  Perempuan yang memilih untuk tetap bekerja di sebuah instansi harus bisa menyeimbangkan perhatiannya. Mereka harus tetap stabil di dunia pekerjaan dan tetap bisa mengatur rumah tangganya. Biasanya, mereka akan berkoordinasi dengan orang kepercayaan untuk bisa menyeimbangkan perhatiannya. Sementara perempuan yang memilih untuk menjadi ibu rumah tangga, mereka bisa fokus mengatur dan mengendalikan apa yang seharusnya berjalan di dalam rumahnya.  Menjadi ibu rumah tangga bukan berarti tanggung jawabnya lebih ringan dari perempuan yang bekerja di instansi.  Sebagai ibu rumah tangga, mereka akan

Perempuan sebagai Pendidik Bangsa

Judul tulisan ini adalah Perempuan sebagai Pendidik Bangsa. Judul itu terdengar sebagai tugas yang berat tetapi memang seperti itulah adanya. Perempuan dikaruniai fitrah untuk mengandung dan melahirkan anak. Bahkan pada proses membesarkan dan mendidik anak pun memegang peranan penting. Meskipun, pada tahap membesarkan dan mendidik anak, perempuan sudah semestinya mendapat bantuan dan dukungan dari laki-laki yang dalam hal ini adalah suaminya. Anak sebagai generasi penerus harus dipersiapkan lahir batinnya untuk bisa menghadapi perubahan zaman di masa mendatang. Pada tulisan yang lalu, telah disinggung bahwa ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anak. Sudah banyak buku yang membahas tentang hal ini. Hal itu karena ibu adalah orang pertama yang akan mengajarkan hal-hal dasar kemampuan diri pada anak. Kondisi tersebut adalah kondisi yang tidak bisa dihindari karena, pada proses tumbuh kembang anak, ibu akan selalu membersamai anak. Seperti kemampuan berbahasa, ibu adalah ora

Perempuan dan Pendidikan

Secara etimologi atau asal-usul , kata pendidikan dalam Bahasa Inggris disebut dengan education . Dalam Bahasa Latin, pendidikan disebut dengan educatum yang tersusun dari dua kata yaitu e dan duco . Kata e berarti sebuah perkembangan dari dalam ke luar atau dari sedikit menjadi banyak. Duco berarti perkembangan atau sedang berkembang. Jadi, secara etimologi, pengertian pendidikan adalah proses mengembangkan kemampuan diri sendiri dan kekuatan individu. Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1, setiap warga negara mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan. Pada ayat 2 disebutkan bahwa setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dan pemerintah wajib membiayainya. Dengan demikian, jelaslah sudah bahwa pendidikan bukan hanya untuk kaum pria. Kaum perempuan pun memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang layak.  Kalau kita menengok sejarah bangsa kita dahulu, betapa bangsa kita terpecah belah karena kebodohan dan kemiskinan. Hanya kalangan elit s

Standar Cantik dalam Pengaruh Budaya.

Cantik. Siapa yang tak ingin disebut cantik? Semua perempuan mau disebut sebagai perempuan cantik. Oleh karena itu, tak heran bila banyak iklan kecantikan yang menawarkan solusi masalah kecantikan perempuan. Mulai dari alat koreksi, make up , dan segala krim untuk memperbaiki dan merawat kulit. Bahkan untuk mengatasi masalah rambut rontok, pewarnaan dan perawatan rambut sehat pun menjadi bagian dari penyempurnaan kesan cantik itu. Dengan populasi jenis kelamin perempuan yang lebih banyak daripada laki-laki, bisnis kosmetik adalah bisnis yang sangat menjanjikan dan menguntungkan. Kaum perempuan menjadi target konsumen yang sangat potensial.  Standar cantik itu sendiri berubah bersama berjalannya waktu. Pada zaman Jawa Kuno, kecantikan perempuan digambarkan dalam kisah Ramayana, yaitu seperti kecantikan Sita, istri Rama. Ketika memasuki jaman kolonial, standar cantik berubah mengikuti iklan yang ditayangkan melalui media saat itu. Sebagai contoh, iklan sabun palm olive ditaya

Sahabat Perempuan

Berteman itu bisa dengan siapa saja. Berteman tidak harus selalu dengan sesama jenis. Seperti yang tertuang dalam artikel Liputan6 ini, ada baiknya juga jika laki-laki mempunyai sahabat seorang perempuan. Hal ini karena bakat alamiah pada perempuan. Seorang sahabat perempuan akan menjadi pendengar yang baik ketika seorang laki-laki membutuhkan teman untuk bercerita. Seorang sahabat perempuan pun akan bisa memberi nasihat atau tips yang baik seperti memilihkan model baju atau diet yang baik. Seorang sahabat perempuan bisa memberi saran untuk kebaikan hubungan seorang sahabat laki-laki dengan kekasihnya. Hal itu pun bisa berlaku sebaliknya.  Namun begitu, persahabatan yang terjalin antara laki-laki dan perempuan bukan berarti tanpa masalah apa pun. Hubungan persahabatan berbeda jenis ini rawan mengundang fitnah. Orang lain yang tidak mengerti seperti apa hubungan yang terjadi akan mudah berprasangka bahwa mereka memiliki hubungan layaknya kekasih. Jika masing-masing sudah me

Perempuan pada Fase Dewasa

Menurut Wikipedia , dewasa melambangkan kondisi organisme yang telah matang dan tidak lagi dalam fase anak-anak. Istilah dewasa dapat didefinisikan dari aspek biologi yaitu sudah akil baligh. Secara hukum, seseorang sudah dikatakan dewasa jika sudah berusia 16 tahun ke atas atau sudah menikah. Secara umum, seseorang disebut sudah dewasa jika sudah memasuki usia 17 tahun. Pada usia 17, secara kependudukan di Indonesia, diharuskan sudah memiliki kartu tanda kependudukan atau yang disebut KTP. Menurut Undang-undang perkawinan, usia dewasa adalah 19 tahun untuk pria dan 16 tahun untuk wanita dan memiliki karakter pribadi yang matang dan bertanggung jawab. Namun, berbagai aspek kedewasaan ini sering tidak konsisten dan kontradiktif. Seseorang dapat saja dewasa secara biologis, dan memiliki karakteristik perilaku dewasa, tetapi tetap diperlakukan sebagai anak kecil jika berada di bawah umur dewasa secara hukum. Sebaliknya, seseorang dapat secara legal dianggap dewasa, tetapi tida

Gadis Remaja dan Problematikanya.

Pada tumbuh kembang setiap anak, baik anak laki-laki maupun perempuan, akan memasuki masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Masa itu disebut dengan masa remaja. Masa remaja mempunyai banyak hal yang bisa dibahas. Hal yang sangat jelas nampak untuk bisa dibahas adalah perubahan fisiknya. Setiap anak memasuki masa pubertasnya pada usia yang berbeda-beda, namun ada pada rentang usia yang sama.  Anak laki-laki memasuki masa pubertas pada rentang usia 12-16 tahun. Sedangkan anak perempuan memasuki masa pubertas pada rentang usia 10-14 tahun. Masa pubertas akan ditandai dengan beberapa perubahan fisik. Hal itu terjadi karena adanya perubahan hormon di dalam tubuh yang berkaitan dengan kematangan organ-organ reproduksinya. Seperti halnya dengan pertumbuhan bayi yang cepat, pertumbuhan anak pada masa pubertas adalah masa pertumbuhan yang cepat kedua. Pada masa ini, tubuh serta organ seksual anak berkembang sampai di usia dewasa nanti. Pada anak perempuan, dari sekian tanda

Inovasi Menjawab Tantangan Pandemi

Siapa yang bisa mengira jika akan ada suatu pandemi yang melanda hingga mendunia di era sekarang ini? Semua terkejut dengan fakta yang terjadi. Indonesia yang semula yakin tidak akan terjangkit pandemi, ternyata terkena juga. Rasa percaya diri yang besar pada para pemimpin bangsa membuat upaya cegah tangkal dilakukan secara terlambat.  Pandemi mendunia. Itulah nyatanya dan termasuk Indonesia pun terkena pandemi Covid-19. Sementara negara-negara lain sudah menetapkan lock down, Indonesia masih tenang-tenang saja. Namun begitu, masyarakat awam yang semula percaya Indonesia akan tetap sehat kemudian mulai resah. Keresahan itu lebih terasa jika melihat kenyataan bahwa masih banyak orang asing yang keluar masuk Indonesia dengan bebas. Virus Covid-19 bisa masuk dengan mudah melalui wisatawan manca negara yang keluar masuk Indonesia. Selanjutnya, penyebaran virus pun menjadi tak terkendali.  Penanganan yang lambat terhadap pandemi membuat Indonesia menjadi negara yang masuk dalam

Anak Perempuan

Kelahiran anak perempuan di masyarakat patriarki tidak selalu disambut dengan senang hati. Hal itu disebabkan anak laki-laki ditetapkan sebagai penyambung nama besar keluarga/marga. Hal ini memang sebuah budaya kebiasaan masyarakat yang menganut patriarki. Sehingga, jika seorang ibu belum melahirkan anak laki-laki, kehidupan sebuah keluarga dianggap belum lengkap.  Di jaman jahiliyah dahulu, memiliki anak perempuan merupakan aib. Penilaian tersebut karena mereka menilai bahwa perempuan adalah makhluk yang lemah, tidak bisa berbuat apa-apa, tidak bisa ikut berperang, bahkan akan menjadi tawanan perang. Bagi mereka, hal itu akan menjadi aib dan beban bagi kelompok masyarakat.  Mereka tidak menemukan cara untuk mengatasi aib dan beban yang mereka rasakan itu. Oleh karena itu, orang-orang akan mengubur anak perempuan yang lahir dalam keadaan hidup. Sementara itu, mereka lupa bahwa yang melahirkan anak laki-laki adalah seorang perempuan juga. Betapa kebodohan di jaman itu sunggu

Hari Ibu

22 Desember 2022. Hari ini adalah hari yang ditetapkan sebagai hari ibu. Semua orang sudah pasang status di media sosial tentang Hari Ibu. Segala ucapan, puisi, lagu, video yang bertema ibu pun bertebaran di media sosial. Semuanya memiliki muatan yang mengharu biru perasaan kita tentang ibu.  Dulu, kukira penetapan tanggal 22 Desember sebagai hari ibu adalah bertepatan dengan hari lahirnya seorang pahlawan nasional, Dewi Sartika. Tapi ternyata, hari lahir ibu Dewi Sartika adalah tanggal 4 Desember 1884. Sedangkan tanggal 22 Desember ditetapkan sebagai Hari ibu karena bertepatan dengan Kongres Perkoempoelan Perempoean Indonesia yang pertama pada tahun 1928 di Yogyakarta.   Kongres Perempuan Indonesia pada tahun 1928 itu diikuti oleh 30 organisasi perempuan dari seluruh Indonesia. Kongres itu diadakan sebagai wujud pernyataan diri bahwa perjuangan perempuan tidak hanya dalam lingkup keluarga, tetapi bisa lebih luas lagi. Bahkan, perempuan bisa ikut andil dalam pemerintahan. 

Perempuan Dalam Persepsi

Disebutkan bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki-laki. Namun pernyataan itu adalah gambaran sifat perempuan yang diumpamakan seperti tulang rusuk.  Tulang rusuk berada di sisi tubuh manusia yang dalam hal ini adalah pria. Itu berarti, posisi wanita adalah disisi pria untuk menemani dan melengkapi hidup. Posisi wanita bukan di atas sehingga bisa punya kuasa atas pria. Namun juga bukan berada di bawah pria sehingga harus atau perlu dikuasai. Dengan posisi begitu,  perempuan bisa diperlakukan dengan tidak selayaknya. Digambarkan seperti tulang rusuk yang keras dan bengkok, perempuan mempunyai karakter yang unik dan berbeda dengan kaum pria. Bentuk yang sedemikian itu haruslah diterima apa adanya. Kebengkokkannya tak dapat dipaksa untuk diluruskan. Hal itu karena bisa berpotensi mematahkan diri/hati perempuan.  Filosofi itu memang memerlukan penjelasan yang lebih panjang lagi. Namun intinya, perempuan adalah makhluk ciptaan Allah yang dicipta untuk melengkapi hidup

Desember 2021

Biasanya ada tantangan menulis dari grup Mamah Gajah Ngeblog. Kali ini, grup MGN tidak mengeluarkan tantangan menulis, hanya mengajak untuk membuat tulisan bebas saja.  Kebetulan ini bulan Desember, menjelang akhir tahun dan masih diliputi masa pandemi. Awal bulan Desember ini, cuaca panas dan hujan hanya turun sesekali saja. Kadang siang panas menyengat kemudian menjelang malam hujan dan suhu udara mendadak dingin. Suasana musim seperti ini bisa membuat sakit Masa kecil ku berada di kota Bandung. Kota Kembang yang berudara dingin dan masih sering muncul kabut di pagi hari kala itu, tahun 1970an. Momen-momen bulan Desember yang masih kuingat adalah hujan sehari-hari dan aku terserang penyakit langganan, flu.  Sepanjang hari, langit mendung dan hujan rintik ataupun deras. Sepanjang mata memandang, langit nampak putih kelabu. Hawa dinginnya selalu. Ketika hujan deras, air hujan membasahi jendela rumah. Aku suka memandangi tetesan air hujan yang mengalir di jendela itu.  Waktu

Menyadari dan Menerima Takdir Baik dan Buruk

Memasuki tahun 2021, pandemi covid-19 belum juga usai. Segala kegiatan yang harus berhubungan dengan orang lain di luar rumah masih selalu dibatasi. Aku bersyukur, sejak awal diberlakukan pembatasan aktifitas, anak-anak sudah pulang ke rumah semua. Seluruh kegiatan kuliah berlangsung secara daring.  Pekerjaanku memang banyak menemui hambatan karena pandemi ini. Sebagai agen asuransi yang harus mengenal dan mengetahui kebutuhan konsumen untuk menetapkan pilihan asuransinya, aku tak bisa menemui konsumen dengan leluasa. Kondisi tersebut membuat PT. FWD Insurance Indonesia dimana tempatku bekerja mengadakan banyak inovasi. Dengan begitu, kami bisa tetap bekerja secara daring.  Bagi kami yang biasa bekerja dengan bertemu langsung dengan konsumen, sistem itu lumayan menyerap energi dan waktu untuk adaptasi. Banyak hal yang harus dipelajari. Segala hal yang berkaitan dengan kerja daring harus kami pelajari. Segala pertemuan diadakan melalui zoom. Sehingga, sering terjadi, dalam satu rumah in

Antara Berkebun dan Dunia Literasi

Komunitas Mamah Gajah Ngeblog membuat tantangan ngeblog lagi di bulan Oktober 2021 ini. Tantangan Blogging  Mamah Gajah Ngeblog kali ini tulisannya bertema Komunitas yang aku cintai.  Ngomong-ngomong tentang komunitas, ada berapa sih komunitas yang diikuti ?  Saya langsung buka whatsapp.  Yah benar, satu aplikasi inilah yang saat ini menemani kita sehari-hari untuk kontak dengan teman, saudara, kenalan, atau siapa saja. Orang-orang yang kita kenal dan punya latar belakang yang sama, atau peminatan yang sama, akan berkumpul dalam suatu grup Whatsapp. Itu sebabnya untuk menjawab tantangan menulis blog kali ini, saya tinggal buka Whatsapp dan mulai menghitung grup yang ada.  Terakhir kali saya menghitung jumlah group whatsapp, ada 35 grup. Waktu itu, saya merasa grup yang saya ikuti sudah terlalu banyak sehingga kepikiran untuk mengurangi grup yang kurang efektif untuk saya ikuti.  Namun malam ini, saya menghitung lagi dan ternyata ada 49 grup Whatsapp !! Wow ! Banyak banget ya.. 🤔 Tapi

Pengalaman Berbahasa dalam Kehidupan Sehari-hari

Berkomunikasi itu sangat berkaitan dengan bahasa. Setiap orang mempunyai bahasa berdasarkan asal daerahnya masing-masing.  Indonesia mempunyai bahasa daerah yang sangat banyak. Tapi bahasa Indonesia adalah bahasa pemersatu. Sementara apa yang disebut bahasa ibu adalah bahasa yang digunakan ibu kita.  Dahulu, bahasa ibu berarti juga bahasa daerah asal. Tetapi, semakin bertambahnya jumlah penduduk dan penyebaran penduduk melalui transmigrasi, kita lebih sering bertemu dengan orang-orang dari lain daerah. Dengan begitu, komunikasi yang digunakan lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia.  Tahun 1970an, saya masih sering mendengar ibu saya berbicara menggunakan bahasa Jawa dengan para tetangga yang berasal dari Jawa Tengah, bahkan dengan tukang sayur. Namun, ibu akan menggunakan bahasa Indonesia jika berbicara dengan tetangga yang berasal dari luar Jawa.  O ya, Saya lupa mengenalkan diri.  Kedua orang tua saya berasal dari Solo, Jawa Tengah. Karena bapak saya adalah wamil yang

Dengan Empati, Kita Hilangkan Pembajakan Sebuah Karya.

Pernah nggak kemalingan sesuatu barang ? Gimana rasanya kehilangan dengan cara paksa seperti kemalingan itu ?  Kalau kehilangan kekasih karena diambil orang, itu disebutnya ditikung, ya? Tapi esensinya sama, kemalingan ! Saya mulai tulisan ini dengan pertanyaan soal kemalingan karena tulisan ini akan mengulas tentang pembajakan. Hal ini berkaitan dengan Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan Agustus 2021 ini. Tema tulisan tantangan kali ini adalah  Hidup Tanpa Bajakan .  Saya menyoroti efek kemalingan dari pihak korban di awal tulisan sebagai upaya menggugah empati teman-teman yang membaca tulisan ini. Yah...empati, sebuah sikap yang bisa merasakan penderitaan pihak lain sehingga tidak akan melakukan tindakan yang menyebabkan derita itu pada orang lain.  Betapa korban akan merasakan sedih karena kehilangan. Kerugian pun bisa juga dirasakan oleh korban jika sesuatu yang hilang itu memiliki nilai. Contohnya seperti kehilangan uang, harta benda, aset tangible maupun in