Setiap kali kita menghadiri undangan pernikahan, kita ucapkan :
Selamat menempuh hidup baru. Semoga berbahagia selalu dalam keluarga sakinah mawadah wa rahmah
Pertanyaan berikutnya adalah, seperti apa sih, keluarga sakinah mawadah wa rahmah itu ?
Suatu pertanyaan yang akan sangat panjang penjelasannya. Penjelasan yang hanya bisa dijelaskan oleh seorang yang ahli dan penuh pengalaman hidup.
Menikah adalah keputusan sekali seumur hidup. Ketika keputusan telah ditetapkan, tentunya sudah dengan pertimbangan banyak hal. Menikah bukan hanya urusan menyatukan hidup seorang laki-laki dan perempuan. Secara sosial, menikah adalah penyatuan dua keluarga besar dengan latar belakang sosial budaya yang berbeda. Perlu banyak sabar untuk menghadapi dan memahami perbedaan di antaranya.
Kedua pihak yang menikah pun memutuskan menikah dengan harapan dan impiannya untuk hidup bahagia. Niat bersama untuk saling mengerti dan segala saling yang lainnya agar tercapai sakinah mawadah wa rahmah tersebut.
Oleh karena itu, sebelum menikah, pasangan yang akan menikah itu wajib menghadiri seminar atau workshop yang diadakan oleh KUA. Dalam seminar itu, pasangan muda mendapat gambaran apa dan bagaimana kehidupan pernikahan itu. Segala petuah dan pengarahan untuk menjalani pernikahan yang sakinah mawadah wa rahmah itu disampaikan.
Suatu kesalahan besar, jika ada oknum yang mengatakan bahwa seminar itu hanya syarat saja. Sehingga, seminar tersebut tidak ada pengaruh apa-apa jika tidak diikuti. Dengan alasan, oknum tersebut mengerti kesibukan kita yang tak bisa absen dari pekerjaan, ia membantu mempermudah proses pendaftaran di KUA.
Segala teori memang mudah dipelajari. Apalagi di era digital sekarang ini. Semuanya tinggal cari di internet, download, dan dibaca kapan pun. Tapi kesempatan untuk bertanya dan mendapat jawaban langsung dari ahlinya adalah kesempatan penting. Hal itu karena setiap rumah tangga akan memiliki masalahnya masing-masing.
Jangan terkejut jika sifat seorang yang sudah kita kenal ketika masa pacaran, setelah menikah, sifatnya ternyata berbeda 180 derajat. Ketika masa pacaran, si dia yang banyak bicara, banyak melucu, bahkan meminta kita untuk bisa bersikap terbuka dengannya. Namun setelah menikah, ternyata si dia begitu pendiam, tak banyak bicara, bahkan mudah menghujat. Apalagi, jika si dia melihat kekurangan kita dan merasa tidak berkenan.
Betapa ujian hidup adalah di dalam kehidupan pernikahan. Berapa lama pacaran tidak menjamin sepasang manusia menjadi saling memahami satu sama lain. Komunikasi menjadi kunci utama dalam berinteraksi. Komunikasi adalah sebuah kata yang mudah diucapkan namun ternyata tak semudah itu untuk dipraktekkan. Perlu kesadaran kedua belah pihak untuk menghidupkan komunikasi yang positif.
#30dwc
#30dwcjilid34
#day11
Komentar
Posting Komentar