Pernah nggak kemalingan sesuatu barang ? Gimana rasanya kehilangan dengan cara paksa seperti kemalingan itu ?
Kalau kehilangan kekasih karena diambil orang, itu disebutnya ditikung, ya? Tapi esensinya sama, kemalingan !
Saya mulai tulisan ini dengan pertanyaan soal kemalingan karena tulisan ini akan mengulas tentang pembajakan. Hal ini berkaitan dengan Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan Agustus 2021 ini. Tema tulisan tantangan kali ini adalah Hidup Tanpa Bajakan.
Saya menyoroti efek kemalingan dari pihak korban di awal tulisan sebagai upaya menggugah empati teman-teman yang membaca tulisan ini. Yah...empati, sebuah sikap yang bisa merasakan penderitaan pihak lain sehingga tidak akan melakukan tindakan yang menyebabkan derita itu pada orang lain.
Betapa korban akan merasakan sedih karena kehilangan. Kerugian pun bisa juga dirasakan oleh korban jika sesuatu yang hilang itu memiliki nilai. Contohnya seperti kehilangan uang, harta benda, aset tangible maupun intangible.
------- 💸 -------
Selama ini, saya baru dengar tentang pembajakan itu dari orang lain. Korban yang merasa dirugikan itu akan mengumumkan bahwa karyanya telah dibajak. Kemudian berbagai komentar para netizen meramaikan berita tersebut.
Betapa upaya si pembuat karya sudah melalui proses yang panjang. Coba bayangkan, jika yang membuat karya itu adalah kita sendiri.
Dengan susah payah, bahkan mungkin gak tidur semalaman demi membuat karya itu. Setelah jadi, dengan mudahnya diambil oleh orang lain.
Orang Jawa bilang "gelo rasanya". Kecewa, sedih, dan segala rasa yang campur aduk hingga marah pun ada.
Para musisi Indonesia sudah lama membuat gerakan anti bajakan. Itu karena mereka merasakan kerugian yang besar atas karyanya yang begitu mudahnya di copy dan dijual lebih murah.
Para penulis novel pun melakukan hal yang sama. Penulis yang sering saya baca tulisannya tentang anti bajakan adalah Tere Liye.
Tere Liye sempat menulis dan menjabarkan bagaimana proses membuat novelnya. Susah payahnya mencari ide cerita, menuliskan ceritanya, proses editing, dan seterusnya. Benar-benar proses yang gak main-main. Tentunya akan sangat kecewa jika ada pihak yang mau mencari keuntungan sendiri dengan menjual produk bajakannya.
Penjual itu mungkin tidak salah sepenuhnya. Penjual lakukan itu demi mencari nafkah. Jika tidak ada pembelinya, tentu tidak akan ada penjualnya, bukan ?
Nah itu berarti, kita harus tidak membeli produk bajakan agar penjual produk bajakan tidak ada lagi.
Bertahun lalu, ketika saya duduk di banku SMP hingga kuliah, mesin photo copy adalah teman para pelajar. Banyak materi pelajaran dan soal-soal latihan yang diperoleh melalui photo copy. Memang, secara nominal, biaya yang diperlukan untuk membeli buku asli dan photo copy akan berbeda. Harga buku asli lebih mahal. Sementara dana yang dimiliki para pelajar sangat terbatas. Kondisi seperti itu menjadi alasan untuk dimaklumi adanya pembajakan.
Jaman sekarang, semua serba online. Pelajar tak lagi harus photo copy materi-materi pelajaran, karena semua bisa dicari di mesin pencari Google. Banyak blog yang mengulas materi pelajaran SD sampai dengan SMA.
Namun begitu, itu bukan berarti kasus-kasus pembajakan menjadi hilang sama sekali. Justru pembajakan pun dilakukan secara canggih juga.
Hal itu pernah saya alami sendiri.
Yah, saya mengalami sendiri, akun instagram saya dicuri orang.
Kalau dilihat, folower akun instagram saya gak banyak-banyak amat. Hanya sekitar 400an saja. Itu pun hanya seputar teman-teman saya sejak SD hingga kuliah. Ada juga famili sebagai follower akun saya. Saya juga heran, apa yang dicari sehinga pencuri itu memilih akun saya untuk dihack.
22 February 2021.
Saya lihat ada notifikasi email bahwa ada yang log in ke akun instagram saya dan mengganti alamat email.
Ketika saya buka instagram, saya sudah tidak bisa mengendalikan akun saya lagi. Saya menyaksikan sendiri bagaimana si pencuri itu menghapus postingan saya satu per satu.
Saya sedih, kecewa, marah, ....gak karuan rasanya. Tangan saya bergetar menyaksikan semua itu, hingga semua postingan di akun itu hilang semua.
Kemudian, ia mengganti namaku dengan nama lain dan mengganti keterangan akun.
Aku menangis karena banyak foto kenangan dan moment peristiwa yang fotonya kuunggah disitu. Isi konten yang kutulis pun tidak sekedar tulis. Ada puisi yang hanya moment itu munculnya.
Ada juga moment pertama berkebun, dan segala tanaman bunga juga sayuran yang rawat sejak penanaman bibit.
Mungkin bagi orang lain itu hal sepele. Tapi bagi saya, itu sangat berharga. Tapi, kini hilang semua. 😭
Anakku mencoba ikut melacak nama pengganti itu. Anakku menemukan bahwa akun asli dengan nama itu memang sering mengadakan undian. Nampaknya si pencuri akan melakukan penipuan dengan menggunakan nama Zoeeehazel itu. Foto profilnya pun kemudian diganti.
Dengan menggunakan nama Zoeeehazel, dia berhasil meningkatkan follower menjadi 500an. Ia berhasil mengecoh follower Zoeeehazel untuk menjadi followernya.
Karena sudah malam dan lelah, saya tutup handphone dan tidur. Tidur dengan membawa rasa sedih. Sangat tidak nyaman dan tenang.
Keesokan paginya, anakku mencoba melihat perkembangannya. Sementara itu, saya sudah benar-benar tidak bisa masuk ke akun itu. Sehingga, saya mengamati perkembangan perubahan itu kemudian melalui akun saya yang lain.
Anakku mengetahui bahwa Zoeeehazel pun mengetahui keadaan itu dan mengunggah di insta story nya. Ia bermaksud menyampaikan ke followernya bahwa ada seseorang yang menggunakan namanya dan berharap followernya tidak terkecoh.
Setelah pekerjaan rutin pagi ku selesai, aku buka instagram. Ku lihat namanya pun sudah berubah lagi.
Ya ampun. Apa susahnya membuat akun baru? Tapi yah, memang tujuannya menipu dan menggunakan nama orang yang followernya banyak sih. Niat jahat lebih kuat daripada akal budi.
Tak berapa lama dari itu, anakku pun mendapatkan bahwa hosannarevival yang asli pun mengetahui kondisi itu. Ia pun mengunggah di insta story nya.
Saya benar-benar sedih dengan kenyataan itu. Memang akun ku itu tidak menghasilkan uang, tapi ..kehilangan tetaplah kehilangan. Ada nilai yang tak bisa diukur dengan uang disitu.
Saya hanya bisa sedikit mengenang dengan beberapa foto saja yang berhasil di screenshot. Tapi captionnya tak dapat dilihat sepenuhnya.
Dari kehilangan instagram itu, saya bisa merasakan betapa sedih dan kecewanya pemilik karya jika karyanya dibajak orang. Apalagi jika karya itu menjadi sumber penghasilannya. Tentunya karya-karyanya sangat diharapkan untuk bisa menyambung hidupnya.
Pembajakan yang terjadi akan menghilangkan rejekinya. Terlebih lagi jika penghasilannya pun untuk membiayai keluarganya juga. Itu berarti ada lebih dari satu orang yang rejekinya teraniaya.
Sampai hatikah kita membiarkan rejeki orang terputus karena pembajakan ?
Coba bayangkan jika rejeki kita hilang karena ulah orang lain yang membajak karya kita.
Semoga tulisan ini dan sedikit sharing pengalaman saya itu menjadi renungan kita semua.
Masya Allah, kok ya tega amat ngehack akun orang seperti itu ya Mbak. Nggak nyangka, menyimpan apa-apa di sosmed itu punya resiko hilang juga. Saya yang punya banyak kenangan itu di FB. Sepertinya perlu diback up aja ya. Makasih sharingnya Mbak Sari.
BalasHapusIya. Back up itu perlu. So far, foto yang disimpan dalam Dropbox aman karena itu disimpan untuk koleksi sendiri, bukan di share ke umum.
HapusUh, ikut gemes, baca ceritanya 😡 Trus akhirnya gimana teh? Masih tetap adakah, akunnya (dengan nama lain lagi)? Atau udah ilang?...
BalasHapusHeran juga, habis hack gitu, dia juga gak posting gambar apapun. Sudah merugikan orang, manfaat pun tidak di dapat.
HapusSaya lihat akunnya masih ada dengan nama yang terakhir. Nampaknya dibiarkan saja oleh si hacker. Atau sudah di drop sama Instagramnya, gak ngerti juga.
saya penasaran juga teeh akhirnya gmn? IG saya juga pernah kena hack tp dalam 1x24 jam udh balik lg akunnya krn saya lngsung menghubungi instagram
BalasHapusSaya pun langsung hubungi instagram. Dan lapor kalau akun itu kena hack. Tapi entah, instagram sudah ambil tindakan apa enggak. Sampai sekarang akunnya masih ada. Tapi tak ada 1 postingan pun.
HapusNyesek banget ceritanya teteh huhu! Semoga tidak terulang lagi yaa
BalasHapus