Juli 2021. Pandemi covid-19 sudah berjalan setahun lebih. Belum juga terlihat tanda-tanda pandemi akan berakhir. Justru kondisi semakin mengkhawatirkan.
Kabar duka tersiar setiap hari. Dalam sehari, suara sirine ambulance pun terdengar bisa lima hingga delapan kali.
Akhirnya pemerintah memberlakukan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat). Sebenarnya tidak benar-benar lockdown. Tapi yah lumayanlah, kalau benar-benar dijalani secara kompak.
Segala kegiatan pun dilaksanakan secara daring. Tapi berita duka itu membuat hati menjadi tak menentu.
Ikut merasa sedih tentunya.
Setahun lalu, kabar duka masih tersebut secara angka. Sekarang, kabar duka tersebut dengan menyebut nama-nama dari orang yang kita kenal. Ada teman, temannya teman, famili, familinya teman, selebriti, bahkan ustadz dan ustadzah dari pondok pesantren.
Khawatir duka itu malah membuat imunitas kita menurun dan berefek tertular covid-19, Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog mengeluarkan tantangan untuk menuliskan kisah-kisah lucu.
Kok ya, ternyata setengah mati juga mencari cerita lucu yang pernah dialami, ya .. hahaha jadi bingung juga mau menuliskan kisah apa.
Kalaupun ada yang terlintas dalam pikiran, kejadian lucu yang pernah terjadi itu, kok malah jadi gak lucu ya..🙄. Atau karena terlalu dipikirin mungkin ya, lucunya jadi hilang. Malah jadi merasa prihatin 😁.
Selain itu, bisa jadi kan, suatu kisah dinilai lucu, tapi tidak lucu bagi orang lain. Ini berarti selera humornya yang berbeda.
Kelucuan Anak-anak
Anakku ada tiga. Perempuan semua. Setiap anak adalah unik dan itu benar adanya. Bahkan keunikannya pun seringkali memunculkan kelucuan-kelucuan tersendiri. Oleh karena itu, untuk tantangan ini, aku akan ceritakan tentang anak-anakku.
Anak pertamaku ketika ia berusia 1,5 tahun, ia mendengar lagu di radio. Dari lagu itu terdengar kata cinta.
Ia yang jarang sekali bicara itu tiba-tiba berkata : "Cinta"
Lalu kutanya : " Apa itu Cinta, nak ?"
Ia pun menjawab : "Sandal dan sepatu ku"
Kami yang mendengar jadi tertawa geli mendengar jawabannya.
Anak kedua pun punya cerita tersendiri. Waktu itu, ASI untuknya tidak banyak. Ia hanya bisa menikmati ASI hingga 6 bulan dan kemudian disambung dengan susu formula.
Ketika usia 1 tahun, suatu siang setelah ia lelah bermain, ia rewel sekali. Ia menangis tak ada hentinya.
Kupeluk dia. Masih juga menangis.
"Ngantuk ya ? Yuk sini ditimang-timang"
Ia pun masih menangis.
"Maunya apa sih? Coba bilang. Mau apa?" Aku coba untuk berkomunikasi dengannya.
Tiba-tiba ia ucapkan sebuah kata : "Sta! Ssssttaaaa!"
"Apa itu?" Tanyaku tak mengerti sementara ia masih juga berucap seperti itu.
"Mbak Sum, ngerti gak nih apa maksudnya ?" Tanya ku pada ART ku.
"Enggak bu. Maksudnya apa, dek ?" Tanya mbak Sum pula.
"Staaa.. tata..tata… sssttaaaa!"
Kami benar-benar bingung dibuatnya.
"Coba bikinin susu, mbak!"pinta ku pada mbak Sum.
Dan setelah botol susu itu disodorkan, ia langsung mengambil botol susu dan meminumnya dengan cepat.
Ya ampun, ini anak punya bahasa sendiri. Kami semua tertawa sambil tepok jidat deh.
Ssstaaa .. hmm lebih terdengar 'setaaa' , itu maksudnya 'minta susu'
Sejak saat itu, kalau ia mulai teriak setaaa, kami semua tahu bahwa ia minta susu.
Anak bungsuku... Oh.. si Bontot, begitu dia maunya dipanggil.
Si Bontot ini sejak kecil selalu membuat tertawa.
Suatu hari, ketika ia sudah mulai banyak bicara dan bisa bernyanyi, ia bernyanyi :
" Kemarin Paman datang,
Paman ku dari desa.
Di bawah kandang
Rebutan pisang ...."
Sejenak aku ternganga dan bertanya "Apa dek ? Gimana lagunya ?"
Dia pun bernyanyi lagi.
Kali ini kakak-kakaknya pun ikut tertawa mendengarnya.
"Yang rebutan pisang siapa , Dek ?" Aku tertawa geli dan ia nampak terkejut dan bingung. Mungkin di benaknya "Apa yang lucu ya ?"
"Dek, adek salah denger. Harusnya : Kemarin Paman datang, Pamanku dari desa. Dibawakannya rambutan pisang dan sayur mayur segala rupa.... "
Pastinya banyak anak-anak yang salah dengar dan mengucapkan suatu kata dengan lucunya seperti si Bontot ya.. 😁
Peristiwa lain adalah ketika si Bontot berusia 5 tahun. Di suatu malam, semestinya si Bontot sudah mengantuk. Tapi malam itu, dia belum juga merasa ngantuk. Dia minta aku untuk menemaninya menonton tv.
Waktu itu sedang ditayangkan film horor Indonesia. Di layar tv pun muncul sosok hantu dengan mulut penuh dengan lumuran darah.
"Dek, ganti channel ya.. takut ih. Nanti gak bisa bobok lho" kataku memberi saran.
Sementara ia tetap tenang melihat tv. Tidak sedikitpun tanda bahwa dia merasa takut.
" Enggak ah, itu gak nakutin kok. Hantunya itu malah lucu. Gak bisa dandan. Lipstiknya belepotan!" jawab si Bontot dengan tenang.
Aku spontan tertawa terbahak. Bagaimana bisa anak kecil berpikir bahwa itu lipstik yang dipakai dengan tidak rapi ? Aku pun jadi berpikir film itu tidak menakutkan lagi, malah lucu jadinya.
Ah dasar, ini anak masih polos.
Ketika duduk di bangku SMP, si. Bontot pun punya kisah.
Suatu pagi di hari minggu, saat santai di rumah, aku memulai pembicaraan dengannya.
Ibu : UAS nya bisa kan, Dek ?
Si Bontot : ya gitulah.
Ibu. : tugas yang ada salah paham sama guru mu itu, Sudah beres ?
Si Bontot : wah... Ya Belum. Males aku ngurusnya. Males berdebat sama guru. Guru itu selalu benar setelah wanita. Kalau guru itu wanita, kelar hidup lo.. (wajahnya serius)
Ibu : ????#∆&/@*%. 😂😂😂😂😂
Anak-anak memang selalu penuh kejutan 😀😂
Semoga tulisan-tulisan dalam tantangan blogging kali ini bisa menghibur. Semoga kita semua sehat wal afiyat. Semoga yang sakit segera sehat kembali.
Sehat kembali Indonesia ku 🇮🇩
https://www.google.com/url?q=https://mamahgajahngeblog.com/tema-tantangan-mgn-juli-cerita-lucu/&sa=D&source=editors&ust=1627583252267000&usg=AFQjCNHTveU76NIkfB4dYA1BD5odC1YQcg
Aduh kocak banget sih komentar guru itu selalu benar setelah wanita, dapat darimana itu ilmunya dek hhahahaha...
BalasHapusWkwkwkwk sepertinya Si Bontot ini kocak pisan ya ehehehe, ada aja komentarnya yang bikin ngikik. Wkwkwk.
BalasHapus