Hidup ini memang harus kita jalani apapun yang terjadi. Tidak mungkin kan, hidup harus di hentikan sesaat hanya karena apa yang harus kita jalani menemui kebuntuan. Selagi hidup masih berlangsung, kita masih perlu makan, minum, mandi, dan lain-lain. Setidaknya, kita masih perlu akan kebutuhan dasar. Oleh karena itulah, kita harus kreatif untuk mencari jawaban atas kebuntuan yang bisa jadi kita temui dalam hidup.
Kalau kita mengikuti kegiatan pramuka, tentu kita diajarkan tentang bertahan hidup dengan peralatan yang minim. Belajar hidup sederhana dan bisa memanfaatkan apa yang ada di sekitar. Dari situ, seorang pramuka akan siap menghadapi kondisi hidup sulit sekalipun.
Namun ternyata, kondisi tersebut pun dialami oleh anak-anak yang tinggal di pondok pesantren. Anak saya yang kedua telah memilih untuk melanjutkan sekolah tahap SMP nya di Pondok Pesantren Assalam Solo. Betapa suatu pilihan yang sulit bagi saya waktu itu, karena, dengan begitu, saya tidak lagi melihatnya bangun pagi dan menyaksikan kelucuan dan keceriaannya setiap hari. Meski jarak Jogja - Solo bisa dibilang cukup dekat, bukan berarti saya bisa setiap hari menjenguknya. Beruntung peraturan Pondok membolehkan orang tua menjenguk di hari apapun, tapi saya hanya bisa paling tidak sebulan sekali.
Tiap kali menjenguk, selalu saja ada cerita yang luar biasa. Namun ada satu hal yang bagi saya begitu luar biasa karena memang out of the box. Kisah ini saya tuliskan di sini untuk menjawab Tantangan Mamah Gajah Ngeblog bulan Maret 2023 yang mengeluarkan tantangan tema life hack.
Lapar Berujung Jualan
Namanya juga Pondok Pesantren. Santri dan santriwati pun menyebutnya sebagai ‘penjara suci’. Berbagai aturan pun diterapkan. Sanksi dan hukuman pun siap diterapkan bagi yang melanggar. Salah satu aturannya adalah tidak boleh membawa barang-barang elektronik seperti HP, televisi, radio. Hanya setrika yang dibolehkan karena para santri mencuci dan setrika sendiri, meski jasa laundry pun ada. Namun, bagi santri yang mau berhemat, tentu harus rela melakukan semua servicing itu sendiri.
Untuk makan sehari-hari, ada kantin yang menyediakan makan tiga kali sehari. Biaya makan ini sudah termasuk dalam spp yang kami bayarkan. Menu yang disediakan cukup bergizi dan berganti-ganti. Namun, lama kelamaan, para santri bisa menebak hari ini lauknya apa, hehehe. Hal itu membuat santri menginginkan makanan lain sebagai selingan.
Bersyukurnya, seminggu sekali para santri dibolehkan keluar pondok untuk belanja keperluan sehari-hari, ke toko buku, warnet, atau sekedar jalan-jalan. Kesempatan itu pun dimanfaatkan para santri untuk belanja makanan lain, salah satunya adalah mie instan. Tentu saja, bagaimana memasaknya adalah perlu kecerdikan tersendiri, karena tidak bisa memasak di dapur pondok dan para santri pun tidak diperkenankan membawa kompor listrik.
Inti dari memasak adalah panas yang dihasilkan dari api, tetapi tidak ada alat atau sumber api yang dimiliki. Satu-satunya sumber panas adalah setrika. Setrika dibalik dan diletakkan di atas keranjang peralatan mandi. Kemudian setrika dinyalakan dengan putaran panas maksimal. Mie instan siap dimasak dengan rantang di atas setrika panas tersebut. Ah, jadi seperti masak di flat stove, hehehe.
Aroma mie instan pun merebak hingga kamar sebelah. Santri kamar sebelah pun datang dan bertanya-tanya. “Kok bau mie instan? Ada yang masak? Gimana?” Santri yang penasaran pun menyaksikan dan ingin ikut masak tapi tidak punya mie instannya. Si empunya ide pun menawarkan untuk membeli mie instan jadi padanya. Jual beli pun terjadi. MasyaAllah. Ada-ada aja.
Dibuang Sayang
Hal simpel lain yang sering saya lakukan adalah memanfaatkan barang bekas. Selagi masih bisa digunakan/reuse, maka akan saya manfaatkan. Contohnya saja alat kosmetik.
Perempuan tidak lepas dari alat kosmetik. Setidaknya bedak dan lipstik adalah hal yang umum digunakan setiap perempuan. Untuk bedak padat, beruntunglah jika menggunakan bedak padat yang tersedia refill-nya. Namun, bagaimana jika tidak ada refill-nya? Dibuang begitu saja akan menambah sampah yang tidak mudah hancur di tanah. Apalagi ada kaca yang berbahaya kalau pecah dan memantulkan sinar matahari yang bisa mengakibatkan kebakaran.
Wadah bedak padat masih bisa digunakan untuk membuat bedak padat dari bedak tabur. Caranya, tuang bedak tabur dalam wadah bedak padat itu dan ratakan. Ambil tissue wajah untuk menutupi. Tuang alkohol di atas tissue. Lalu tekan-tekan agar bedak memadat. Setelah itu, biarkan terbuka agar alkohol menguap. Setelah kering, bedak padat siap digunakan. Ide ini saya dapat dari sosial media. Saya lupa, apakah dari Instagram atau tiktok.
Video cara memanfaatkan wadah bedak padat untuk membuat bedak padat dari bedak tabur
Selain bedak, hal lain yang sayang dibuang adalah lipstik. Ketika lipstik sudah sulit untuk dioleskan ke bibir atau yang sering terjadi adalah patah, apa yang sebaiknya dilakukan? Dibuang? Kok sayang, ya. Kan belinya pakai uang, Mah, bukan pakai daun. Lagi pula harga lipstik pun lumayan ya. Nah, wadah bedak padat yang kosong tadi bisa kita manfaatkan untuk lipstik ini.
Untuk lipstik yang sudah tidak bisa dioles ke bibir tapi masih ada sisa yang tertinggal dalam tabungnya, sisa lipstik itu bisa diambil dengan menggunakan sendok kecil atau spatula atau pisau kecil yang bisa untuk mengorek. Panaskan dalam wadah alumunium hingga cair. Pindahkan sisa lipstik itu ke dalam wadah bedak padat. Ratakan dengan spatula/pisau itu. Dinginkan. Lipstik pun siap diaplikasikan pada bibir dengan menggunakan kuas. Ide ini saya dapat dari teman yang menjadi SPG kosmetik.
Video cara memanfaatkan wadah bedak padat sebagai tempat sisa lipstik yang hampir habis atau patah.
Dengan begitu, kita bisa menghemat sekaligus menjaga lingkungan kita ya, Mah.
Oke, jika merasa cocok untuk dimanfaatkan, silakan ikuti cara saya untuk berhemat ya.
Mohon maaf jika ada kekurangan. 🙏
masyaallah ... setrika jadi kompor keren pisan ini anaknya mba Sari.
BalasHapusanakku, Kaka jualan juga di asrama waktu mondok. tapi kebetulan di sana disediakan dispenser ada air panasnya. Nah ... Kaka jualan kopi dan minuman hangat lainnya.
aku sempat heran kenapa dia suka minta dibelikan grosiran.rentengan bermacam kopi, coklat, atau apa itu energen ... ternyata jualan.he3 ...
salam semangat
Hahaha.. anak2 dalam keadaan kepepet, mendadak kreatif ya.
HapusMasya Allah kreatif bgt ide pertama hahaha.. keren juga untuk ditiru. Tgl di Jogja ya? Deketan kita, saya di Solo teh. Semoga bisa bertemu yaa
BalasHapusWah iya. Semoga ada kesempatan kita ketemu ya
HapusWah, keren banget ide masak pakai setrika. Boleh nih dicoba kalau gas mendadak habis.hahaha. jadi semacam kompor induksi kali ya teh
BalasHapusHaha.. iya..solusi pas gas habis.
HapusKreatif juga idenya masak dengan setrikaan. Serasa punya kompor listrik aja ya.
BalasHapusHahaha bisa aja teh setrika jadi kompor. Kepepet jadi kreatif dan menghasilkan ya. Coba kalau ada fotonya, pengen lihat jadinya :)
BalasHapusKomentar saya mirip banget dengan sebagian besar Mamah komentator ahaha.
BalasHapusKarena kondisi yang kepepet, kreativitas muncul. Betul Mba Sari, hemat dan environmental friendly euy. :)