Langsung ke konten utama

Mengenang Masa Kecil

Terkenang masa-masa kecilku
Senangnya, aku s'lalu dimanja
Apa yang kuminta selalu saja ada
Dari mama, dari papa
Cium pipiku dulu

Saatku tiba berulang tahun
Tak lupa hadiahku sepeda
Ku pakai setelah selesai ku belajar
Janji mama, janji papa
Setelah kunaik kelas

Ingin ku kembali
Ke masa yang lalu
Bahagianya dulu
Waktu kecilku

Ku dengar cerita
Mama papa bilang
Aku lincah lucu
Waktu kecilku
Aku suka bernyanyi.


Lirik lagu Masa Kecilku itu memang membawa kita ke masa penuh kenangan. Masa kecil memang indah untuk dikenang. Yah, bagaimana tidak? PR dari sekolah tidak banyak. PR yang kusuka adalah PR menggambar. Satu-satunya buku bacaan anak adalah Bobo. Masih bebas main dengan teman sejak pulang sekolah sampai menjelang magrib. Mau main sendiri dengan boneka-boneka, main bola bekel, congklak pun asyik aja rasanya. Aku makin betah di rumah ketika bu De (kakak kandung ayahku) mengajariku membuat bunga dari kertas krep.

Hal yang kuingat ketika menjelang sore adalah tukang bakso yang selalu lewat mulai jam 4 sore.  Pak Kadis adalah satu-satunya tukang bakso yang lewat depan rumah waktu itu. Pagi hingga siang, pak Kadis bekerja sebagai PNS. Bakso pak Kadis pun selalu menemani ketika acara televisi dimulai. Televisi kami waktu itu masih hitam putih dan baru menyala jam 5 sore. Ya, acara televisi memang baru dimulai jam 5 sore dan selesai jam 12 malam. Belum banyak acara untuk anak-anak. Acara anak-anak yang kuingat ketika itu adalah acara yang diasuh oleh bu Kasur dan kemudian digantikan oleh Henny Purwonegoro dan Kak Seto dalam acara Aneka Ria Anak-anak. 


Acara televisi masih didominasi oleh berita, iklan, dan percakapan serius. Hiburan yang ada adalah tarian, nyanyian, dan lawak.   Acara televisi favoritku adalah acara hiburan, terutama sendratari dan Aneka Ria Safari yang selalu menampilkan biduan-biduan Indonesia bernyanyi. 

Senangnya bernyanyi hingga ketika diadakan lomba menyanyi, kaget juga ketika dinyatakan juara 1 lomba nyanyi se-RT. Jangan mengira suaraku bagus ya, biasa-biasa saja sebenarnya. Waktu itu, aku sering tampil nyanyi, sehingga berhasil mengumpulkan poin nilai terbanyak. Jadi, juara satu itu bukan karena kualitas bernyanyi yang bagus, tapi karena kuantitas bernyanyi yang bagus. Hahaha..

Sebagai anak tengah dan anak perempuan satu-satunya, aku merasakan betul rasa sayang dan protective-nya orang tuaku. Aku terbiasa menjadi pusat perhatian keluarga. Apalagi kami sering mencipta panggung khusus untukku. Aku menari dengan gerak sesuka hati mengikuti irama lagu dari kaset Chicha Koeswoyo, sedangkan keluargaku sebagai penontonnya.


Ketika usia 5 tahun, tetangga kami yang berasal dari Bali membuka kelas menari. Ayahku mengijinkan aku untuk ikut menari di sana. Pentas perdana adalah tari Pendet yang dipentaskan pada malam 17 Agustusan. 

Lima orang penari pendet itu adalah, aku dan 4 remaja putri tetangga kami. Karena aku paling kecil sendiri, posisiku di tengah depan. Mau tidak mau,  aku jadi sorotan utama. Aku lihat ayahku bangga sekali. Beliau membawa kamera untuk mendokumentasikan pentas kami. 


Keesokannya, di sekolah, teman-teman yang tidak suka (atau mungkin juga iri) langsung menjauhi aku. Mereka mencoba mempengaruhi teman yang lain untuk memusuhi aku. Mereka menilai aku sombong dan sok pamer dengan kebisaanku. Hmm, kalau zaman sekarang, mereka itu netizen julid, ya. Namun begitu, fans pun bermunculan, hahaha. Tapi, diantara fans itupun ada yang membuatku takut. Salah satunya adalah mas Erlan. Dia adalah anak kost yang tinggal di rumah tetanggaku. Waktu itu, dia sudah kuliah, sementara aku masih TK. Setiap kali aku bertemu dengannya, mas Erlan selalu bilang dengan keras seolah pengumuman : “ Nah, ini dia pacar mas Erlan!”. Kadang dia muncul sambil bilang begitu dari arah belakangku. 

Aku langsung teriak dan lari. Sementara kudengar teman-temannya tertawa.  Sungguh aku takut. Saking takutnya, aku tidak ingat wajahnya seperti apa. Tapi yang jelas, menurutku waktu itu, mas Erlan itu tinggi, kulitnya putih, rambutnya keriting. Dia bilang pacar, waktu itu aku gak ngerti juga apa maksudnya pacar. Ampun deh. 
Kalau zaman sekarang, mungkin mas Erlan sudah disebut sebagai pedofil, ya? Tetapi waktu itu, jauh sekali dari sebutan itu, malah terkesan senda gurau saja. 

Soal sepeda seperti dalam lagu itu, aku dan saudara-saudaraku selalu hanya dapat janji. Sementara anak tetangga sudah punya sepeda dan selalu bersepeda bersama. Kami hanya bisa memandang dari kejauhan. Duh kok sedih ya.. 🤭. 
Bersama anak tetangga yang tidak mempunyai sepeda, kami pun nongkrong di depan rumah saja sambil ngobrol. Kalau ada pesawat lewat, kami sama-sama teriak : 
“Kapal minta uaaaannggg…!!” sambil melambaikan tangan dan memandang pesawat berlalu. Entahlah, suara kami terdengar atau tidak. Tapi itu seru sekali rasanya. 

Ketika kami SD, kami minta dibelikan sepeda. Jawabnya, nanti kalau sudah SMP. Setelah SMP, bahkan SMA, kami minta dibelikan motor. Jawabnya, nanti kalau sudah kuliah.  Alhasil, sampai kuliah pun ternyata kami terus menggunakan angkot, dan janji itu ternyata cukup sampai menjadi motivasi untuk belajar lebih giat. 

Namun begitu, sesulit apapun masa itu, benar-benar kenangan indah.  Bahkan di masa ujian pun masih sempat main dengan teman-teman. Beda banget dengan anak-anak sekarang ya. Kasihan anak-anak sekarang, masa bermainnya tidak seperti dulu. Terganggu pula dengan sosial media dan game. 

Game kami dulu adalah galah asin, lompat tali dengan karet gelang yang diuntai panjang, kasti, atau petak umpet. Kadang kami bermain peran dalam set drama kecil bersama teman. Drama keluarga kecil atau drama tentang sekolah (istilahnya dulu : guru-guruan). Lucu sekali ketika teman yang usianya di bawahku 2 tahun berperan sebagai guru dan aku adalah muridnya. Dia kasih soal matematika yang aneh bin ajaib. Akhirnya kelas bubar karena protes murid-muridnya, dan yang jadi gurunya pun ngambek.  😂

Masa kecil itu banyak sekali yang bisa kita kenang. Rasnya tak cukup hanya 1000 kata dalam satu tulisan. Namun, tulisan tentang masa kecilku ini sengaja kutulis untuk menjawab Tantangan Mamah Gajah Ngeblog bulan Juni 2023, meskipun belum bisa kutampilkan foto-foto lawasnya. Lain waktu akan kutuliskan kenangan masa kecilku yang lain, dan semoga sudah kutemukan foto-fotonya. 


Dan sebwrapa related kamu dengan tulisan ini?
Tulisan ini pun masuk dalam kategori Terrelated. Terima kasih para juri dan mamah-mamah di MGN. 


Komentar

  1. Ah, mbak Sariii. Relate banget aku sama tulisanmu. Ngalamin gaya rambut panjang berkepang dua ala Chicha Koeswoyo juga nggak? Hehehe...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya... Punya banyak pita rambut, warna warni, bandana juga.

      Hapus
  2. Duet Kak Heny dan Kak Seto, menemani masa kecil kita. Selain itu, lomba-lomba nyanyi atau sesi belajar menyanyi bersama Bu Meinar suka juga saya ikuti. Jadi dapat referensi lagu anak yang baru untuk modal menyanyi di depan jelas. Tapi tidak seperti Teh Sari, saya sih nggak pernah jadi juara lomba nyanyi. 😁

    BalasHapus
  3. Ngga tahu apa itu pacar, hihihi. Lucu banget cerita masa kecilnya teh. Jadi pengen denger teh Sari nyanyi :))

    BalasHapus
  4. Iya banget kalau lihat pesawat berharap ada duid2 berjatuhan. Bilangnya Kapal ya teh bukan pesawat.. kapal terbang kayaknya anak2 skrg ga kenal sebutan itu..

    BalasHapus
  5. Membaca tulisan Mba Sari, kok bisa betul-betul.membawa saya ke masa kecil Mba Sari ya. Tulisan Mba Sari bisa menggambarkannya nyantol banget di pikiran saya. Kocak banget Mba Sari cerita-ceritanya wkwkwkwk. Apalagi kosah yabg main guri-guruan. Wkwkwkwk.

    Banyak yang relate dengan saya pula, Mba. Baca BOBO, maen congklak (di tempat saya namanya GEJLEG), bola bekel, dan boneka bonekaan. Jadi inget dulu punya 2 boneka cewek, saya namai TITIK dan WIWIK wkwkwk, nama yang nge-hits dan keren abezz di jamannya.

    BalasHapus
  6. Aiiihhh ... sejaman kita ya teh Sari.
    Aku punya sahabat jago nari Bali. Pentas di TIM bahkan diundang acara resmi pemerintah dll. Dia teman sebangku dari kelas 6 sampai 1 SMP . Sama juga suka kepang rambut kepang.
    Duuuhhh ... jadi pingin buat artikel kisah sahabat cilik nih

    BalasHapus
  7. Seru sekali ya teeh masa kecil kita dulu.. benar kata teh Sari masa kecil mostly anak2 jaman skr kebanyakan terisi medsos atau game online yaa.. ga seruu :'(

    BalasHapus
  8. Chicha is the best buatku juga Mbak Sari. Juga Aneka Ria Safari-nya Kak Seto dan Kak Henny. Mungkin kurang acara menggambarnya Pak Tino Sidin ya.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cheese is The King, Chocolate is The Queen

Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog pada bulan Mei 2023 ini bertema tentang makanan favorit. Aku gak tahu harus mulai dari mana untuk berkisah tentang makanan favorit ku. Sejenak terbayang semua yang enak-enak yang pernah ku makan. Mulai dari jenis kue, biskuit, cake, roti, coklat, pasta, makanan dengan bahan baku daging sapi, daging ayam, ikan, dan makanan dengan bahan baku sayur-sayuran. Baiklah kita bahas satu per satu. 😊 Bakery dan Pastry Untuk jenis kue, ah kebetulan baru saja kita lebaran ya, kue kaasstengels menduduki urutan pertama. Sagu keju, nastar, dan kue kacang itu pun masuk dalam deretan favorit kue lebaran. Hmm, semua itu akan membuat berat badan kembali berat setelah berpuasa sebulan penuh.  Untuk jenis biskuit, aku tak bisa menolak tawaran biskuit coklat. Dulu, ketika SMP, aku selalu membeli biskuit dengan krim coklat di warung. Aku belajar dan mengerjakan PR sampai malam pun bisa betah di dalam kamar terus. Sampai ibuku heran dan baru paham kenapa aku

Pengalaman yang Membawa Hikmah

Perjalanan hidup setiap orang tentunya tidak sama. Namun yang pasti, setiap orang akan ada ujiannya masing-masing yang akan membawa takdir hidupnya masing-masing. Ujian hidup itu merupakan tantangan untuk ditaklukkan dan pastinya memberi pengalaman batin dan menjadi moment pendewasaan. Seperti halnya tema ngeblog yang ditetapkan MGN untuk Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog untuk bulan September 2023 ini yang bertemakan Pengalaman Menghadapi Tantangan Hidup Terbesar. Tantangan ngeblog kali ini benar-benar tantangan bagiku. Sungguh sulit untuk memulainya. Beberapa kali telah siap menghadap layar iPad dan jemari sudah siap mengetikkan kata-kata, tapi bingung mau mulai dari mana. Dari serangkaian peristiwa yang kualami, sejenak sulit untuk memilih mana yang merupakan Tantangan Hidup Terbesar sesuai tema yang ditetapkan. Berulang kali juga merasakan sesak di dada ketika mengingat kembali masa-masa sulit itu. Namun akhirnya aku menyimpulkan satu hal yang menjadi