Langsung ke konten utama

Pengalaman Berinvestasi

Apa yang terlintas dalam benak ketika mendengar kata investasi? Jawabannya bisa berupa waktu yang dimanfaatkan untuk berbagai kebaikan, kesehatan, ilmu pengetahuan, atau uang/dana. Semua itu tergantung fokus kebutuhan masing-masing orang untuk menetapkan mana yang lebih utama untuk diinvestasikan.

Namun, untuk menjawab Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog kali ini, aku akan mengulas mengenai pengalamanku dalam berinvestasi dana. Ini sesuai dengan tema yang ditetapkan yaitu ‘investasi yang ingin dan sudah dilakukan’.

Investasi adalah sebuah aktivitas menyimpan atau menempatkan dana pada periode tertentu dengan harapan akan ada keuntungan atau peningkatan nilai dari investasi tersebut. Setidaknya demikian jawaban yang diberikan oleh mbah Google. Tentang objek apa yang diinvestasikan, kalau kita cari info di internet, kita akan menjumpai banyak literatur tentang uang yang diinvestasikan. Berbagai instansi menyajikan banyak cara untuk berinvestasi. 

Tabungan


Tabungan adalah produk perbankan yang umum dimiliki. Dahulu, tabungan harian adalah produk yang aku gunakan untuk menyimpan sisa uang jajan. Munculnya mesin ATM, justru membuat aku memutuskan untuk menutup tabungan dan mengambil semua uangku. Pasalnya, setiap bulan ada tarikan Rp.1.000,- berupa pajak yang fasilitasnya tidak aku nikmati, yaitu ATM tersebut. Waktu itu tabunganku tidak memiliki kartu ATM. Sedangkan kartu ATM baru diberlakukan untuk nasabah yang buka rekening baru. 

Sejak itu, aku berpindah-pindah Bank untuk menyimpan uang tabunganku tanpa perlu membuat kartu ATM karena, aku pikir, aku belum membutuhkannya. Aku mencari yang terdekat dari tempat tinggalku. Pernah juga buka tabungan dekat kampus ITB. Kenapa berpindah-pindah? Karena waktu itu belum ada sistem online. Menabung atau mengambil tabungan masih harus datang langsung ke Bank. Transfer antar Bank pun masih membutuhkan waktu sedikitnya 2 hari.


Buku tabungan dari berbagai Bank.


Deposito


Setelah lulus dari ITB, aku sempat bekerja dan penghasilanku aku masukkan ke Bank swasta (Bank itu sudah tutup setelah krisis moneter tahun 98). Di Bank ini pula sempat ku alihkan semua uang tabunganku ke deposito. Saat ekonomi sedang tidak stabil di tahun 1998, aku sempat menikmati kenaikan 50% dan itu adalah bunga deposito tertinggi yang pernah terjadi di negeri kita ini.

Setelah berhenti bekerja dan menjadi ibu rumah tangga, aku masih berusaha untuk bisa menambah uang tabunganku. Setidaknya, aku ingin uang tabunganku ini bisa aku gunakan untuk pergi haji suatu hari nanti. 

Produk Premium


Aku mulai mengenal Tupperware dan menjual produknya sejak tahun 2002 hingga 2008. Setahun setelah bergabung, aku mencapai level manajer yang omset penjualannya selalu diminta untuk meningkat dari bulan ke bulan. Saat itulah aku mengenal kartu kredit. Dari satu kartu kredit sampai empat kartu kredit kugunakan untuk perputaran bisnis itu. 


Stok produk yang menumpuk dan belum terjual seringkali menjadi masalah bagi agen penjual produk tersebut. 
Gambar dari facebook.
                 

Ngomong-ngomong soal investasi, ketika itu, pihak Tupperware sendiri mengklaim bahwa produknya bisa sebagai investasi. Hal itu karena produk Tupperware yang rusak dijamin akan diganti. Kalaupun tidak ada produk yang serupa, bisa diganti dengan produk lain dan membayar selisih harganya. 

Hmm, bagi ibu-ibu yang minim info tentang investasi, hal itu menjadi penyemangat untuk membeli dan menjual produknya. Tertipu? Ya dan tidak. 

Tentu bagus jika barang rusak bisa diganti. Tapi sebutan produk tersebut sebagai investasi, tentu kurang tepat. Sebab, nilai produknya tidak menjadi semakin mahal. Justru kecenderungannya, penjual akan menjual barangnya dengan harga saat ia membeli (biasanya moment promo) bukan dengan harga saat terkini. Hal itu dilakukannya untuk menarik konsumen agar membeli karena murah.


Dijual karena BU. Keterangan produk yang dijual di market place memberi gambaran kondisi penjualnya.
Gambar dari Facebook. 





Harga mulai 25rb. Ah, mana ada Tupperware dengan harga jual segitu kalau tidak bantng harga?
Gambar dari facebook.


Unit Link


Setelah berhenti dari Tupperware, aku bekerja di perusahaan asuransi. Mulai sekitar tahun 2006, kata investasi sangat sering didengar. Banyak orang mulai bermain saham secara perorangan maupun berbentuk perusahaan. Bahkan asuransi pun mengemas produk proteksinya dengan investasi yang disebut Unit Link. 

Aku sangat sering mendengar dan mengikuti training tentang investasi. Hal itu karena kaitannya aku sebagai agen asuransi yang harus menjual produk Unit Link tersebut. Pada awalnya, kami mendapatkan info bahwa Unit Link adalah investasi dengan bonus asuransi. Semacam tagline untuk menarik minat orang untuk membeli. Namun, seiring dengan maraknya tawaran investasi, ada banyak orang pun berhati-hati sehingga menjual produk asuransi Unit Link tidak mudah juga. 


Harus dipahami dengan benar terlebih dahulu produk asuransi yang mau dibeli.
Gambar dari Pinterest.


Belakangan, kalau mamah-mamah menyimak berita, banyak berita tentang nasabah yang merasa tertipu dengan produk Unit Link. Hal itu karena agen yang menjelaskan lebih mengedepankan investasinya daripada proteksinya. Dengan begitu, nasabah sangat berharap, pada tahun kesekian, akan ada sejumlah dana yang tercantum dalam ilustrasi.
Padahal, di bawah tabel ilustrasi, pastinya sudah ada keterangan bahwa angka-angka dalam ilustrasi tersebut tidak dijamin. Selain itu, produk Unit Link sejatinya adalah produk asuransi. Fokusnya adalah proteksi, bukan investasi. Nilai Investasi terbentuk pun dengan berbagai syarat : nasabah terus membayar preminya, dan perkembangan nilai investasi ditentukan harga pasar (tidak dijamin).

Forex


Kembali lagi ke bahasan kartu kredit. Kartu kredit memang bukan alat untuk berinvestasi. Namun, kartu kredit pernah ku gunakan untuk berinvestasi. Kisahnya demikian:

Awal bekerja di asuransi, aku bertemu teman yang menawarkan investasi melalui Forex yang dikelola oleh nasabahnya. Ah, sejujurnya, waktu itu, aku belum tahu sama sekali tentang Forex. Info yang kudapat minim sekali. Singkatnya, uang yang kita simpan akan berkembang pesat, bahkan lebih besar daripada deposito. Hasilnya pun langsung ditransfer ke rekening. 

Siapa yang tak tergiur? Ketika biaya-biaya makin mahal saja. Sementara hasil kerja yang bisa ditabung tidak bisa banyak sesuai harapan. Awalnya aku coba satu juta rupiah untuk diinvestasikan. Alhamdulillah, berjalan dengan baik sesuai prediksi. Lalu muncul tawaran untuk memulai lagi dengan jumlah uang lebih besar. Namun, saat itu aku ragu untuk setuju. 


Kita harus pelajari dan paham betul kalau mau berinvestasi melalui apapun.
Gambar dari Pinterest.

Cobaan datang begitu saja seolah menjawab kegalauan. Pihak Bank yang mengeluarkan kartu kredit menawarkan pinjaman dengan bunga lunak. Setelah berpikir dan menimbang, aku ambil pinjaman itu dan kugunakan untuk berinvestasi di Forex. 

Tiga bulan pertama hasil investasi berhasil masuk rekening. Bulan ke-4 dan selanjutnya macet. Aku dan temanku mulai resah gak karuan. Bisa dibilang 25 juta ku amblas. Sementara cicilan pelunasan pinjaman lunak itu masih harus kulunasi. 

Dari peristiwa itu, aku belajar bahwa berinvestasi seperti itu harus menggunakan uang nganggur. Uang yang memang sudah dimiliki, tersimpan di tabungan tanpa memiliki tujuan akan digunakan untuk apa, dan bukan hasil utang/pinjam termasuk kartu kredit. 

Sejak itu, aku kapok banget untuk mempercayakan uangku ke orang lain dan bukan instansi resmi. Nah, instansi yang mengelola dana investasi ini pun perlu banget dicermati. Dengan begitu, kita bisa tahu sejauh mana kredibilitasnya.

Penutup


Investasi perlu dilakukan mengingat adanya inflasi yang bisa menggerus nilai uang. Deposito, emas, reksadana adalah cara berinvestasi yang masih ingin kulakukan. Kalau mamah pilih investasi apa?  


Komentar

  1. Wah Mba Sari, terima kasih banget, informatif sekali buat saya dan dikemas dengan mudah dibaca pengalaman berinvestasinya.
    O.M.G. Keren banget Mba Sari 👍😎🥰
    ***
    Jadi lebih paham, terutama dengan perihal Unit Link. Hmmm jadi begitu ya Mba, bukan karena tipu-tipu, melainkan karena agennya tidak menjelaskan tentang 'gak enaknya' Unit Link.

    BalasHapus
  2. Saya termasuk yang langsung takut duluan kalau ada tawaran investasi. Soalnya, saya yakin setiap bentuk investasi pasti ada risikonya. Apalagi yang iming-imingnya too good to be true. Penjelasan Teh Sari lengkap dan membuat saya sadar. Berinvestasi itu tidak perlu takut, selama kita tau seluk beluknya.

    BalasHapus
  3. Pengalaman Mbak Sari lumayan banyak ya soal investasi. Sebagai blogger, aku ingat pernah diundang untuk mempromosikan investasi Forex. Fee-nya lumayan saat itu. Tapi dari penjelasannya saja, aku ngerasa itu terlalu riskan. Duh, itu nulisnya beneran berat hati banget deh.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cheese is The King, Chocolate is The Queen

Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog pada bulan Mei 2023 ini bertema tentang makanan favorit. Aku gak tahu harus mulai dari mana untuk berkisah tentang makanan favorit ku. Sejenak terbayang semua yang enak-enak yang pernah ku makan. Mulai dari jenis kue, biskuit, cake, roti, coklat, pasta, makanan dengan bahan baku daging sapi, daging ayam, ikan, dan makanan dengan bahan baku sayur-sayuran. Baiklah kita bahas satu per satu. 😊 Bakery dan Pastry Untuk jenis kue, ah kebetulan baru saja kita lebaran ya, kue kaasstengels menduduki urutan pertama. Sagu keju, nastar, dan kue kacang itu pun masuk dalam deretan favorit kue lebaran. Hmm, semua itu akan membuat berat badan kembali berat setelah berpuasa sebulan penuh.  Untuk jenis biskuit, aku tak bisa menolak tawaran biskuit coklat. Dulu, ketika SMP, aku selalu membeli biskuit dengan krim coklat di warung. Aku belajar dan mengerjakan PR sampai malam pun bisa betah di dalam kamar terus. Sampai ibuku heran dan baru paham kenapa aku

Mengenang Masa Kecil

Terkenang masa-masa kecilku Senangnya, aku s'lalu dimanja Apa yang kuminta selalu saja ada Dari mama, dari papa Cium pipiku dulu Saatku tiba berulang tahun Tak lupa hadiahku sepeda Ku pakai setelah selesai ku belajar Janji mama, janji papa Setelah kunaik kelas Ingin ku kembali Ke masa yang lalu Bahagianya dulu Waktu kecilku Ku dengar cerita Mama papa bilang Aku lincah lucu Waktu kecilku Aku suka bernyanyi. Lirik lagu Masa Kecilku itu memang membawa kita ke masa penuh kenangan. Masa kecil memang indah untuk dikenang. Yah, bagaimana tidak? PR dari sekolah tidak banyak. PR yang kusuka adalah PR menggambar. Satu-satunya buku bacaan anak adalah Bobo. Masih bebas main dengan teman sejak pulang sekolah sampai menjelang magrib. Mau main sendiri dengan boneka-boneka, main bola bekel, congklak pun asyik aja rasanya. Aku makin betah di rumah ketika bu De (kakak kandung ayahku) mengajariku membuat bunga dari kertas krep. Hal yang kuingat ketika menjelang sore adalah tukang bakso ya

Pengalaman yang Membawa Hikmah

Perjalanan hidup setiap orang tentunya tidak sama. Namun yang pasti, setiap orang akan ada ujiannya masing-masing yang akan membawa takdir hidupnya masing-masing. Ujian hidup itu merupakan tantangan untuk ditaklukkan dan pastinya memberi pengalaman batin dan menjadi moment pendewasaan. Seperti halnya tema ngeblog yang ditetapkan MGN untuk Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog untuk bulan September 2023 ini yang bertemakan Pengalaman Menghadapi Tantangan Hidup Terbesar. Tantangan ngeblog kali ini benar-benar tantangan bagiku. Sungguh sulit untuk memulainya. Beberapa kali telah siap menghadap layar iPad dan jemari sudah siap mengetikkan kata-kata, tapi bingung mau mulai dari mana. Dari serangkaian peristiwa yang kualami, sejenak sulit untuk memilih mana yang merupakan Tantangan Hidup Terbesar sesuai tema yang ditetapkan. Berulang kali juga merasakan sesak di dada ketika mengingat kembali masa-masa sulit itu. Namun akhirnya aku menyimpulkan satu hal yang menjadi