Aku ingat ketika masa SMA dulu, temanku mengomentari perihal peribahasa dengan lucu.
Diam itu emas.
Peribahasa itu berarti diam itu jauh lebih baik daripada banyak bicara yang bisa mencelakakan. Namun temanku itu mengartikannya berbeda. Katanya diam itu emas karena memiliki gigi emas. Itu berarti gigi palsu.
Kami tertawa geli mendengar komentarnya itu. Tapi ... Kita kembali pada makna yang sebenarnya, diam itu memang benar lebih selamat daripada (banyak) bicara yang bisa mencelakaan diri sendiri.
Ini kualami baru saja. Aku berada di kondisi tidak benar-benar sehat. Terasa sekali tekanan darah sedang di level tidak normal sehingga aku menolak membahas suatu perkara saat itu. Namun ternyata kondisi tersebut tidak dipahami dengan baik. Ya, salah paham. Yang bersangkutan malah marah karena menilai aku tak mengerti kondisinya.
Salah paham yang diperkuat dengan emosi. Jadilah emosi yang tidak semestinya hadir. Aku mengalah. Aku diam dan memilih menyingkir. Entah apa pendapat banyak orang di sekitar itu. Aku sudah tak peduli.
Betapa orang menuntut dimengerti tanpa mau mengerti kondisi orang lain. Bersikukuh dengan pendapatnya sendiri. Ah sudahlah.
Kemudian aku teringat bagaimana perasaan tidak enak sudah meyergapku sebelum berangkat ke pertemuan malam itu. Sungguh tidak enak. Seperti firasat bahwa akan ada peristiwa tidak baik yang akan terjadi. Dan sekali lagi sesalku, mengapa tak kuhiraukan perasaan itu?
Setidaknya, aku bisa berjaga dengan tetap diam saja apapun yang terjadi.
Akhir keputusan ku, Aku memilih menarik diri dari kepanitiaan piknik yang kebetulan akulah yang ditunjuk jadi ketuanya.
Diam.
Bungkam.
Biarkan saja yang masih ingin berkomentar.
..dan biarkan waktu mengiringi angin meniup jauh hingga semuanya lupa. Sementara telinga harus ditulikan. Hati pun harus kuat menahan rasa sakit yang mungkin terjadi karena, bisa saja, ada suara yang menyelip ke gendang telingaku.
Berserah saja, meski terasa sangat tidak nyaman seperti terzalimi. Dituduh marah (dengan gestur penilaian buruk) dan tidak memberi kesempatan untuk menjelaskan. Sesakit itu.
Dan aku berdoa, memohon agar dilimpahkan rezeki yang cukup untuk memiliki rumah yang jauh dari lingkungan ini. Aku mau pindah, menjauh dari semua hiruk-pikuk ini.
Komentar
Posting Komentar