Langsung ke konten utama

Ulasan Film Lovely Man

Menonton film adalah hiburan dengan keasyikan tersendiri. Menonton film di televisi dan di bioskop memiliki sensasi sendiri-sendiri. 


Film pertama yang kutonton bersama keluarga adalah The Sound of Music. Sebuah film keluarga musikal yang tak pernah bosan untuk ditonton ulang. Karena film itu, aku jadi suka sekali dengan film musikal. Bagiku, film seperti itu benar-benar menghibur. Selain jalan ceritanya, film tersebut menyuguhkan pertunjukan lagu dan tari yang bagus-bagus. Apalagi jika lagu dan tari itu pun mencerminkan suatu budaya daerah atau negeri tertentu. 


Menginjak masa SMP, aku tidak pernah mendapat izin dari orang tua untuk menonton film ke bioskop. Sekali-kalinya menonton bersama teman-teman, aku menonton film komedi Warkop, entah apa judulnya, aku sudah lupa. 

Kemudian ada kewajiban menonton film bersama sekolah sebagai salah satu tugas dari pelajaran PSBB. Tentu kita semua tahu ya, film apa itu. 😉


Menginjak masa SMA dan kuliah, aku tak pernah menonton film ke bioskop. Satu-satunya jendela dunia perfilman adalah televisi. Apalagi televisi swasta mulai bermunculan. Rasanya seperti dimanjakan dengan banyak pilihan film di beberapa channel tv. 


Memang bukan film terbaru yang bisa ditonton di televisi, tetapi lumayanlah, tidak usah mengeluarkan biaya transportasi menuju bioskop dan tidak perlu membayar tiket bioskop. Memang semangat gratisan ya.. hahahaha. 

Tak ada minatku memburu waktu untuk menonton di awal tayang di bioskop. Aku akan sabar menanti hingga film itu ditayangkan oleh salah satu channel tv. 


Bulan Juni 2021 ini, Mamah Gajah Ngeblog mengeluarkan Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog dengan tema ulasan film keluarga. Sila klik tautan https://mamahgajahngeblog.com/tema-tantangan-mgn-juni-film-keluarga/ jika berminat gabung menulis bersama kami. 


Tantangan ini menjadi benar-benar tantangan bagi saya, sebab sudah lama gak nonton film. Apalagi selama pandemi covid-19 ini, televisi gak mau nyala. Entah macet karena apa. Sudah dicoba dengan ganti antena, masih juga gagal. Mau panggil tukang service, kok ngeri ya mengundang orang masuk ke dalam rumah. Takut Corona ! 


Tetapi, lagi-lagi kita bersyukur dengan berkembangnya teknologi informasi. Langsung saja ku cari film keluarga melalui Google, dan kutemukan satu film yang menarik perhatianku. Lovely Man. Kulihat pemain utamanya adalah Donny Damara. Wah.. ini film yang akan kupilih karena film ini masuk ke dalam nominasi Citra Award. Selain itu karena Donny Damara adalah bintang film idolaku sejak dia menjadi foto model majalah tahun 70an.

 


Ulasan Film Lovely Man

Lovely Man adalah film Indonesia yang meraih penghargaan internasional pada tahun 2011. Film yang disutradarai oleh Teddy Soeriaatmadja ini memenangkan penghargaan Aktor Terbaik dan masuk nominasi Sutradara Terbaik dalam ajang Asian Film Award 2012.


Dengan durasi film selama 72 menit, film ini dibintangi oleh Donny Damara dan Raihaanun. Jumlah pemeran dalam film Lovely Man ini tidak banyak, jadi serupa drama, drama keluarga. Alur ceritanya pendek namun sarat akan percakapan yang bermakna. 


Sinopsis cerita film ini mengisahkan seorang anak bernama Cahaya yang dibesarkan dan disekolahkan di dalam pesantren. Setelah lulus setingkat SMA, Cahaya ingin bertemu dengan bapaknya yang sudah lama tidak bertemu. 


Kenangan masa kecilnya hanya bisa diingat sebagian kecil saja. Untuk itu, ia nekat pergi ke Jakarta meski sudah dilarang oleh ibunya. Cahaya pergi sendiri dengan berbekal alamat tempat tinggal bapaknya. 


Sulitnya sang bapak (Saiful) untuk mendapatkan pekerjaan di Jakarta dan pengaruh lingkungan membuat sang bapak melakukan apa saja untuk menyambung hidup. Konflik-konflik dalam cerita ini bermula ketika Cahaya mengetahui bahwa bapaknya yang lebih dikenal dengan panggilan Ipuy ternyata bekerja sebagai banci jalanan dan menjadi transgender. 


Hanya dalam semalam, seorang gadis yang baru lulus SMA mengetahui banyak fakta keluarga yang mengejutkan. Kalau kejadian ini terjadi dalam kehidupan nyata, mungkin sudah merasa depresi, ya ? 


Komunikasi yang sudah sangat lama tidak terjalin membuat mereka berdua harus beradaptasi melalui pertengkaran-pertengkaran kecil karena salah paham. Sejurus itu, tangis Cahaya tak dapat dibendung lagi ketika Cahaya menyatakan masalahnya dan membutuhkan kehadiran seorang ayah di dalam kehidupannya. Disini tampak bahwa Cahaya sudah terlalu penat dan bingung dengan masalah hidupnya sehingga ia tak terlalu peduli siapa dan seperti apa bapaknya itu. 


Dalam film ini ditunjukkan bahwa bagaimanapun seorang transgender adalah manusia yang masih mempunyai kepedulian pada sesama, apalagi ini adalah anaknya yang lapar dan sakit. Dengan pengalaman hidupnya, sang bapak bisa menebak masalah pelik anaknya dan memberi nasihat terbaik yang bisa ia berikan untuk anaknya.


Nasihat orang tua yang kita dengar di tengah percakapan anggota keluarga di dalam kehangatan rumah tentunya akan lebih menentramkan hati. Tapi jika nasihat itu didengar menjelang perpisahan untuk selama-lamanya di stasiun kereta, tentu akan menggerus rasa dan menguras air mata. 


"Ini bukan masalah benar atau salah. Tapi bagaimana kita menghadapi masalah itu" nasihat Saiful kepada Cahaya agar Cahaya bisa tegar menghadapi masalah hidupnya. 


"Ingat waktu dulu kamu suka main hujan-hujanan ? Seperti itulah hidup. Kita tidak harus berlari untuk berteduh agar tidak kehujanan. Tapi kita bertahan di bawah hujan, dan menikmatinya", kata Saiful memberi pesan menjelang kepulangan Cahaya ke kampung halaman. 


Hikmah cerita

Akhir cerita ini memunculkan suatu hikmah dan membuat saya membenarkan suatu ajaran. Bahwa rezeki yang berasal dari cara yang tidak baik, akan menghasilkan hal-hal yang tidak baik. Oleh karena itu, carilah rezeki dengan cara yang halal, dari sumber yang halal, diolah dengan cara yang halal, dan dikonsumsi dengan cara yang halal. 


Hikmah lain adalah bahwa pendidikan keluarga tidak hanya memerlukan sosok seorang ibu saja, tapi juga sosok seorang ayah. Kedua orang tua yang memiliki karakter baik akan melahirkan anak yang berkarakter baik pula. 


Lepas dari segala keadaan di sekitar kita, saya berharap dan berdoa. Semoga anak-anak Indonesia tumbuh kembang dengan baik, berkarakter kuat dan menjadi penjaga negri ini dengan penuh cinta dan tanggung jawab. 

Aamiin yaa rabbal alamiin. 




Komentar

  1. waahhh ngeliat posternya aja saya langsung tertarik pengen nonton

    BalasHapus
  2. Wahh kurang panjang teeh resensinyaa hihii. Baca resensi teteh serasa ikut dalam cerita, tapi mau nonton gak sempeeet hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau kepanjangan nanti jado spoiler dong.. hihihi... Kan sengaja menyisakan sedikit yang tidak terungkap, biar penasaran hihi ..

      Hapus
  3. Rochma, trimakasih sudah me-review film ini. Saya baru tahu ada film Indonesia berjudul Lovely Man, dan ceritanya 'dalam'. Sedih sekali membayangkan pertemuan Cahaya dengan ayahnya yang 'tidak sesuai harapan', sedih sekali mengetahui ayahnya berkorban sedemikian rupa untuk mencari nafkah. Dan makin sedih membayangkan adegan sang ayah memberi petuah analogi hujan kepada sang putri. :( Akan saya masukkan ke to-watch-list.

    BalasHapus
  4. Aku koq kayak kenal settingnya ya, tapi ternyata ceritanya beda. Donny Damara juga pernah main jadi banci juga teh, yang jadi anaknya itu si Enno Lerian, judulnya "Panggil Aku Puspa", ini juga sedih ceritanya. Kalo di "Panggil Aku Puspa", si Donny itu emang banci, dipaksa nikah lalu punya anak.

    BalasHapus
  5. Pernah nonton fimnya juga teh dan suka juga sama ceritanya. Orang Indonesia kalau niat buat film keren juga bisa kok heuheu.

    BalasHapus
  6. waah nuhun teh resensinya, saya kalau ada film indonesia bagus suka diciriin dan pengen nonton, krn biasanya (kalau dibandingkan sama film luar) masih ga terlalu banyak. Donny damara teh kan keker pisan haha jd penasaraan.

    BalasHapus
  7. Waaaah baru tahu ada film ini. ... Langsung masuk list tontonan. Btw tosss teh, saya juga tim donny damara sejak dulu hihi

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman yang Membawa Hikmah

Perjalanan hidup setiap orang tentunya tidak sama. Namun yang pasti, setiap orang akan ada ujiannya masing-masing yang akan membawa takdir hidupnya masing-masing. Ujian hidup itu merupakan tantangan untuk ditaklukkan dan pastinya memberi pengalaman batin dan menjadi moment pendewasaan. Seperti halnya tema ngeblog yang ditetapkan MGN untuk Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog untuk bulan September 2023 ini yang bertemakan Pengalaman Menghadapi Tantangan Hidup Terbesar. Tantangan ngeblog kali ini benar-benar tantangan bagiku. Sungguh sulit untuk memulainya. Beberapa kali telah siap menghadap layar iPad dan jemari sudah siap mengetikkan kata-kata, tapi bingung mau mulai dari mana. Dari serangkaian peristiwa yang kualami, sejenak sulit untuk memilih mana yang merupakan Tantangan Hidup Terbesar sesuai tema yang ditetapkan. Berulang kali juga merasakan sesak di dada ketika mengingat kembali masa-masa sulit itu. Namun akhirnya aku menyimpulkan satu hal yang menjadi ...

Menulis Lagi

Gabung dengan berbagai komunitas itu membuat kita terlibat dengan banyak ragam aktifitas dan  memunculkan ide untuk aktifitas positif baru.  Salah satu komunitas yang kuikuti di facebook ialah ITB Motherhood, suatu group mamah-mamah alumni Institut Gajah di Bandung. Tidak terlalu aktif di dalam group tersebut, tapi kalau ada konten menarik bisa jadi akan urun komentar atau benar-benar akan terlibat di dalamnya.  Suatu malam, menjelang istirahat kusempatkan buka hp dan sesaat berhenti di suatu postingan tentang menulis di blog. Hmmmm menarik.  Ku buka blog ku ini.. ah , ternyata sudah sangat lama tak menulis disini meski kegiatan menulis masih saja berlanjut, tapi menulis di media lain.  Ku pikir, ini aktifitas yang bagus untuk menantang diri ku sendiri untuk disiplin menulis, dan juga melatih kemampuan ku dalam hal menulis.  Kalau kuingat mengapa dulu ingin punya blog adalah ingin punya tempat untuk curhat. Semacam diary pribadi yang biasanya menjadi rahasi...

Melanjutkan Pendidikan dengan Minat

Masa SD hingga SMA Ketika SD, ada kebiasaan kami untuk bertukar biodata. Kebiasaan tersebut menjadi sesuatu yang penting ketika menjelang kelulusan SD, karena, bisa jadi, kami tidak bertemu lagi di pendidikan selanjutnya. Bisa karena tidak satu sekolah yang sama atau pindah keluar kota. Salah satu point yang harus diisi adalah cita-cita.  Saat berusia 12 tahun, aku masih bingung untuk menetapkan cita-cita apa yang ingin ku raih. Karena itu, aku mengikuti pilihan teman-teman ku yang kebanyakan memilih sebagai insinyur pertanian, meski aku tak tahu bagaimana dan apa yang harus aku lakukan untuk meraihnya selain rajin belajar.  Ketika SMP, perhatian ku lebih banyak ke kegiatan ekstra kurikuler seperti pramuka, OSIS, dan pelajaran keterampilan pilihan yang bisa berganti-ganti di setiap semesternya. Hal itu membuat wawasan dan keterampilan ku menjadi beraneka di bidang bahasa, olah raga dan seni. Sementara minat khusus yang berhubungan dengan mata pelajaran belum muncul. Sekolah ku...