Tak terasa, tahu-tahu sudah memasuki bulan Juli 2022. Mamah Gajah Ngeblog pun telah mengeluarkan tema untuk tantangan menulis blog untuk bulan Juli ini. Tema Tantangan Mamah Gajah Ngeblog Bulan Juli 2022 adalah hal-hal yang ingin dipelajari. Ya, namanya juga sebuah keinginan, ini tentunya akan sangat panjang untuk dituliskan. Saya pun bingung harus mulai dari mana.
Merasa Tak Layak menjadi Sarjana Kimia
Tak dipungkiri bahwa Tuhan telah menciptakan alam semesta ini dengan segala keunikan dan keajaibannya yang luar biasa. Rasanya kok sombong sekali kalau baru tahu sedikit ilmu lalu merasa pandai. Hal ini mulai saya rasakan ketika lulus sarjana. Ternyata saya tidak tahu apa-apa.
Seperti yang pernah saya tulis sebelumnya bahwa saya lulusan ITB jurusan Kimia. Untuk menyelesaikan tahap sarjana, mahasiswa dipersilakan memilih sub jurusan yang diminati. Di jurusan Kimia, sub jurusan ada 5, yaitu Kimia Analitik, Kimia Fisik, Kimia Organik, Kimia Anorganik, dan Biokimia. Setidaknya itu yang saya tahu, entah kalau ada pengembangan sub jurusan lagi. Dulu, saya memilih Biokimia karena ada materi Bioteknologi yang sedang tren saat itu. Dari dunia Bioteknologi itu, ternyata saya ambil bagian kecilnya saja sebagai bahan penelitian saya. Jadi, sebagai lulusan jurusan Kimia, rasanya saya hanya tahu sedikit sekali tentang bidang Kimia. Saya masih ingin mempelajari Kimia organik karena sub jurusan ini membahas tentang Kimia Bahan Alam yang bisa dimanfaatkan untuk pengobatan, parfum, dan juga untuk bahan makanan dan minuman. Bagi saya, hal itu menarik karena pastinya punya nilai ekonomi yang bagus. Saya juga masih ingin mempelajari lebih dalam tentang Kimia Anorganik yang membahas mengenai kristal dan batuan alam. Namun ternyata, itu dibahas di jurusan Geologi.
Singkat kata, saya masih ingin mempelajari Kimia lebih dalam lagi. Oleh karena itu, jika ada kesempatan, saya masih suka membaca hal-hal yang ada kaitannya dengan kimia meski seringkali sudah tidak nyambung lagi sih. Hal itu karena laju perkembangan ilmu pengetahuan begitu cepat, sementara saya terjeda waktu yang cukup lama tidak bersentuhan dengan pelajaran-pelajaran kimia. Bahkan ketika anak-anak memasuki masa SMA dan kebingungan dengan soal-soal kimia, saya sudah sangat lamban untuk mencerna. Akhirnya, anak-anak harus berjuang sendiri untuk memahami Kimia tanpa saya.
Maafkan Mama, Nak!
Asyiknya sebagai Ibu Rumah Tangga
Sebagai ibu rumah tangga , saya sangat mengandalkan buku-buku resep untuk bisa menghidangkan menu yang bervariasi. Suatu hari, saya menemukan majalah kuliner yang memuat tentang roti. Dalam majalah itu dibahas tentang berapa kecepatan mixer dan berapa lama pengocokan adonan agar mendapatkan rongga roti yang sempurna. Bahkan suhu oven yang digunakan pun turut mempengaruhi.
Saya membacanya seperti sedang berdiri di laboratorium. Seperti deja vu saja rasanya. Saya terpana dengan apa yang saya baca. Ilmu apa ini? Kimia Bahan Pangan? Teknologi Pangan?
Wow! Menarik sekali!
Sungguh, saya sangat penasaran.
Jika ada kesempatan untuk mempelajarinya, pasti akan sangat menyenangkan. Dengan pengetahuan seperti itu, membuat roti adalah kegiatan yang tidak lagi perlu khawatir gagal. Bahkan mungkin bisa jadi akan membuat Bakery sendiri. Hmmm, sedap!
Waduh, tapi bahaya juga ini. Bisa gagal diet terus dong.
Ah, iya. Diet itu benar-benar menjadi sebuah kata yang sering berdengung di telinga. Besar niatnya tapi pelaksanaannya sering gagal. Kalaupun berhasil dijalankan, hasilnya yang sering bikin gemes sendiri. Jarum timbangan tidak juga bergerak ke kiri. Sementara olah raga pun berakhir dengan penumbuhan masa otot, dan ini yang membuat jarum timbangan tak bergeming. Hal ini semua mengingatkan saya dengan kegiatan menari yang sejak TK hingga SMA saya geluti. Kegiatan menari bukan hanya sekedar berkesenian, tetapi juga olah raga dengan irama mengayun menyenangkan. Menari pun bisa dijadikan cara untuk kelenturan dan pembentukan tubuh. Untuk itu, saya ingin belajar menari lagi meski tidak untuk dipentaskan. Tujuan belajar menari kali ini lebih untuk kesehatan jiwa raga. Sampai saat ini, saya masih mencari sanggar tari yang tepat.
Menulis
Sejak pandemi, kegiatan menulis menjadi intens. Berbagai kelas menulis pun sempat saya ikuti. Kelasnya Dee Lestari, Helvi Tiana Rosa, Asmanadia dengan KBMnya, dan juga bersama mbak Deka Amalia. Berbagai jenis penulisan saya pelajari termasuk kelas menulis artikel dan blog. Meski begitu, rasanya masih saja ada yang kurang. Untuk menulis di blog, sesungguhnya saya masih harus terus belajar. Terutama bagaimana menghasilkan tulisan yang menarik.
Mamah-mamah Gajah ini luar biasa hebat. Meski menyetor tulisan mendekati waktu deadline, tapi selalu masuk ke dalam kategori tulisan yang baik, terfavorit dan kategori apa saja yang Mamah Juri tetapkan.
Pertanyaannya, kok bisa?
Nampaknya perlu diteliti sehingga kita bisa tahu rahasianya. Atau mungkin perlu juga para Mamah yang masuk ke dalam kategori juara itu berbagi dalam sebuah pertemuan khusus. Tentunya akan senang sekali bisa belajar dari para master. Semoga ada kesempatannya. Apalagi dari Mamah yang suka mengikuti kompetisi blog. Wah, benar-benar perlu belajar tentang segala hal tentang blog, ini.
*****
Di akhir bulan Agustus 2022, selain mendapat peringkat penyetor tulisan tercepat, tulisan ini mendapat penilaian yang tidak saya sangka-sangka.
Saya sendiri... belajar dengan mengalir begitu saja. Selama ini sih begitu ya. Belajar menulis & ngeblog terutama, ya hasil baca dan sedikit menganalisa tulisan-tulisan yang pernah saya baca aja. Duh, tertampar banget rasanya kalau saya songong bilang 'bisa' bikin tulisan yang (rasanya) bagus (padahal enggak). Sedangkan ilmu juga masih teramat cetek. Berkaca dari blog post-nya Teh Rochma, saya juga memang HARUS banyak belajar lagi. Terima kasih inspirasi & insight-nya, Teh Rochma.
BalasHapusBaru tahu loh Mbak sub jurusan ilmu kimia itu ternyata menarik-menarik. Mungkin kalau dipelajari lebih lanjut bisa jadi background informasi saat menulis cerita-cerita fiksi. Seperti novel Sang Alkemisnya Paulo Coelho.
BalasHapusHiyyaa... belajar serba sedikit tentang roti saja sudah perlu ilmu lebih ya, Teh (pantesan saya gagal melulu bikin roti, karena banyakan pakai feeling atau modal 'ya sudahlah' aja. Hahaa...). Semua-mua memang ada ilmunya sih ya, tinggal kitanya (sayanya), mau belajar dan pakai ilmunya atau nggak. Wah, ini mah nampol diri sendiri, yang kadang tahu (sedikit) ilmunya tapi nggak dipakai.
BalasHapusMba Sariii, tetap bisa kok Mba, berdiet meskipun setiap hari baking, bahkan insha Allah suatu saat punya bakery sendiri. Sekarang sudah banyak bahan-bahan yang tidak menimbulkan penambahan lemak secara signifikan di tubuh, ehehe, tentunya selain porsinya yang juga secukupnya.
BalasHapusDibikin less salt, pakai wholegrain flour daripada tepung putih biasa, pake mentega yang unsaturated fat, ditambah sayuran (yang common, wortel), etc etc.
***
Wah Mba Sari, semoga segera menemukan sanggar tari yang sesuai harapan ya Mba. Untuk sementara, Mba bisa meniru di Youtube, ada cukup banyak, Mba. :)
***
Semoga makin sukses dalam berkarya ya Mba Sari :)