“Ini sudah bulan Desember, tetapi hujan belum turun juga. Cuaca terasa panas sekali. Ah, pergeseran musim ini meresahkan juga. Kasihan tanaman-tanamanku.” Aira bergumam sendiri sambil menyirami tanaman di halaman rumahnya. Ia mengeluhkan cuaca panas hari itu. Semestinya hari-hari itu sudah turun hujan yang lebat.
“Apa mungkin ini masih masa pancaroba, ya?” tanyanya dalam hati. Ia pandangi langit yang berawan tetapi hujan belum juga turun.
Sudah dua tahun, pandemi covid melanda dunia. Selama itu pula, semua orang selalu was-was dengan segala hal yang membuat sakit yang menyerang organ pernapasan. Namun, hidup di iklim tropis memang harus selalu waspada dengan kondisi kesehatan.
Musim panas bisa mengakibatkan dehidrasi, stamina melorot, dan ujung-ujungnya adalah penyakit flu akan mudah menyerang. Musim pancaroba pun bisa saja membuat mudah sakit. Seharian cuaca panas, lalu menjelang malam, cuaca langsung berganti hujan. Hujan yang turun pun bisa sekedar rintik-rintik ataupun hujan deras. Cuaca dengan suhu udara naik dan turun secara drastis itu sering membuat tubuh tidak siap dengan segala perubahan yang terjadi. Terlebih lagi jika aktivitas harian sangat padat sehingga kekurangan waktu untuk istirahat yang cukup.
Seperti itu pula yang dialami Aira. Aira mulai merasakan tenggorokannya terasa sakit dan sedikit batuk-batuk. Sakit yang dirasa itu sudah biasa bagi Aira. Itu pertanda tubuhnya dalam kondisi stamina yang menurun. Biasanya, Aira mengatasinya dengan rutin minum multi vitamin dan istirahat yang cukup saja. Namun, di masa pandemi Covid-19 begini, tanda-tanda yang dirasakannya membawa kekhawatiran jika ia mungkin terkena virus Covid. Sejak pagi itu, Aira sudah selalu menggunakan masker meski hanya di dalam rumah.
Ada rasa syukur karena instansi di mana ia bekerja masih menerapkan work from home. Ia tidak perlu khawatir kehujanan di jalan yang membuat tubuhnya semakin rentan terhadap penyakit. Namun, pekerjaannya yang menuntut konsentrasi penuh itu membuat Aira tidak bisa istirahat dengan cukup.
“Bu, punya stok obat batuk?” tanya Aira pada ibunya.
“Kenapa? Apa kamu batuk?” tanya Ibu sambil menyentuh kening Aira. Ibu pun mulai khawatir.
“Iya, nih. Tenggorokanku terasa sakit.” Aira menjelaskan sakit yang dirasakannya. Ibu langsung menuju kotak obat dan mencari obat batuk yang dimaksud.
“Ada ini … coba diminum obatnya. Setelah makan, ya.” kata ibu sambil menyerahkan obat batuk yang diminta Aira.
Aira menerima obat batuk itu sambil mengangguk saja. Ia sudah tak sanggup banyak bicara karena tenggorokannya yang sudah terasa tidak nyaman itu.
Komentar
Posting Komentar