Akhir minggu itu, Aira mengkhususkan diri untuk masa penyembuhan. Obat yang terakhir dibeli ibu sangat membuat Aira mengantuk. Aira hanya bangun untuk salat, makan, minum obat dan ke toilet. Tidak ada aktivitas lain yang mengharuskannya terjaga. Hujan yang turun menciptakan suasana redup dan justru semakin membuat nyaman untuk istirahat.
“Aira ke mana, bu?” tanya Tania, kakak Aira, pada ibu.
“Tidur … ssstt jangan ganggu dulu.” kata ibu yang kemudian melihat Tania hendak masuk ke kamar Aira. “Biar dia istirahat dulu supaya batuknya sembuh.”
“Kok lama ya sembuhnya?” Tania menampakkan kekhawatirannya. “Sebaiknya Aira di tes aja, bu.” Tania mencoba memberi saran kepada ibu.
“Tes apa?” tanya ibu.
“Ya tes covid-lah, bu. Di swab atau PCR, gitu!” tegas Tania yang membuat mata ibu mendelik. Ibu terdiam, tetapi menyimak saran Tania. “Enggak apa, bu. Setidaknya kita jadi tahu sedini mungkin.” Tania berusaha menenangkan Ibu.
“Kalau Aira positif, berarti kita semua harus di tes juga, dong?” tanya Ibu.
“Ya iya, bu, untuk memastikan aja. Kita memang tidak batuk pilek, bu. Tapi, siapa tahu kita sudah termasuk sebagai OTG,” jelas Tania. Penjelasan Tania itu memang ada benarnya. Namun itu berarti harus siap dengan kemungkinan terburuk.
“Kita sendiri juga harus jaga kesehatan. Jangan sampai sakit. Kondisi saat ini pun sedang tidak memungkinkan untuk ke Rumah Sakit dengan aman.” ujar ibu.
*****
Tiga hari dalam masa akhir pekan itu berakhir sudah. Hari memasuki waktu pagi yang cerah setelah hujan deras semalam. Aira terbangun dengan perasaan lebih ringan. Sakit di tenggorokannya sudah tidak terlalu menyiksanya lagi. Pileknya sudah membaik.
Pagi itu, Aira ingin melengkapi kesegaran pagi dengan mandi air dingin. Sudah beberapa hari ia tak berani mandi dengan air dingin. Hari Senin yang penuh semangat. Aira sudah siap menghadapi tumpukan pekerjaannya lagi.
Setelah mandi dan berpakaian rapi, Aira menghampiri ibu yang sedang menyiapkan sarapan.
“Ibu masak apa?” tanya Aira ceria.
“Eh, sudah bangun? Bagaimana batuk pileknya? Sudah lebih sehat?” tanya ibu yang terkejut melihat Aira sudah tampak rapi dan wangi.
“Alhamdulillah. Sudah lebih enak kok. Cuma penciumannya masih belum normal ini.” jawab Aira
“Alhamdulillah. Ibu lega. Tapi tetap perlu di tes ya. Tania ikut khawatir waktu dia tahu penciumanmu tidak berfungsi.” Ibu berkata dengan sedikit lega namun masih menyisakan kekhawatiran. “Nanti sore, ibu antar kamu untuk tes swab ya?” pinta ibu untuk memastikan kondisi Aira.
Aira mengangguk tanda setuju sambil mengambil tempe goreng di meja dapur.
Jam kerja Aira dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore. Agar tidak kesorean untuk melakukan tes, Aira ijin melalui rekan kerjanya. Sore itu, Ibu mengantar Aira ke Rumah Sakit yang menyediakan jasa tes swab dan PCR secara drive thru. Hasil tes akan dikirim melalui WhatsApp. Proses tes berlangsung sangat cepat sekali. Hasil tes pun bisa diperoleh malam itu juga.
Ibu tak henti-hentinya mengecek WhatsApp. Ibu sudah tak sabar melihat hasilnya. Selepas shalat Isya, kabar itupun datang. Berita dari Rumah Sakit mengabarkan bahwa Aira dinyatakan negatif terhadap covid. Serta merata ibu lakukan sujud syukur.
Ibu pun segera mengabarkan berita itu ke seluruh keluarga. Tidak ada lagi rasa khawatir pada sakit yang diderita Aira.
Malam itu, hujan deras tak lagi mengkhawatirkan. Doa teriring atas kehadiran hujan malam itu. Semoga hujan yang turun membawa keberkahan yang banyak dan kesehatan untuk seluruh umat manusia.
*****
Komentar
Posting Komentar