Langsung ke konten utama

Renungan 1 Maret 2022


1 Maret 2022. Ah, cepat sekali waktu berlalu. Tahun 2022 sudah memasuki bulan ketiga. Mau tak mau, aku harus menengok ke belakang sebentar. Apa saja yang sudah aku lakukan sejak awal tahun ini? 

Awal tahun 2022 adalah hari-hari yang berkelanjutan dari hari-hari sebelumnya. Aku tenggelam di dalam berjuta-juta kata untuk kegiatan menulis. Dari kegiatan menulis itu, aku bertemu banyak sekali orang-orang yang hobi maupun pekerjaannya menulis. Dengan begitu, beberapa ajakan menulis antologi pun berdatangan. Ada yang kusambut, ada yang kutolak. Demikian pula dengan kelas menulis. Hingga akhir February kemarin, aku masih bergelut dengan pikiranku sendiri, bagaimana membuat fiksi yang baik dan bisa diterima dengan baik oleh Editor. 

Sebenarnya, apa yang kucari? 

Aku mau mencari penghasilan. Setelah sekian lama, aku tidak bekerja dan sibuk dengan kegiatan rumah tangga. Aku terbentur situasi yang membuatku harus berpenghasilan sendiri. Aku sudah mencoba untuk bekerja di sebuah instansi, tetapi aku malah menghadapi sikap yang tidak menyenangkan dan upaya penyingkiran diriku. Upayanya berhasil, aku dikeluarkan dengan alasan yang dibuat-buat. Baiklah. Kekesalan tinggal kekesalan. Kemarahan tinggal kemarahan. Namun, takdir sudah terjadi dan aku harus menghadapi. 

Aku berganti pekerjaan dengan mencoba menjadi distributor kebab frozen. Alhamdulillah, bisnis itu berjalan cukup lancar. Selama tiga tahun, bisnis itu berjalan dan sedikit menambah biaya hidup. Namun, usia tubuh ini tak dapat dipungkiri. Aku tak cukup kuat untuk terus mengangkut kotak frozen food setiap ada bazar. Meskipun, pengantaran pesanan secara pribadi masih bisa aku lakukan. Sehingga, aku mencoba untuk bertahan sebisaku. 

Takdir pun berkata lain. Bisnis itu tak bisa dilanjutkan karena produsen menghentikan produksinya. Beberapa bulan, aku sempat bingung, namun aku teringat bahwa aku masih terikat sebagai agen asuransi. 

Aku coba kembali untuk aktif sebagai agen asuransi. Namun, kemajuan teknologi telah menuntut semuanya untuk bergerak secara digital. Kami semua diminta untuk mengoptimalkan gawai dan mempelajari banyak aplikasi untuk menyamakan langkah secara digital. Sosial media pun dimanfaatkan untuk mengedukasi tentang asuransi. Kami pun dihimbau untuk meningkatkan branding diri sebagai agen asuransi. Disitulah aku mengenal copy writing, content writing, dan segala hal tentang writing atau menulis. Dengan begitu, aku seolah terperangkap di dalam dunia menulis. 

Seperti ilmu-ilmu yang lain, dunia menulis ternyata luas sekali. Satu saja belum tamat kupelajari, tetapi bidang yang lain telah membuatku tertarik juga. Menulis di aplikasi menulis ternyata menjanjikan pendapatan yang luar biasa. Namun, tulisan di sana berupa fiksi. Itu sebabnya aku pun mempelajari fiksi dan mengikuti beberapa antologi fiksi sebagai sarana untuk belajar. Tak kupungkiri, ada keasyikan tersendiri menuliskannya ketika tulisan mengalir begitu saja. Akan tetapi, aku merasa terbentur dinding yang besar dan tinggi ketika aku kehabisan kata untuk memulai atau meneruskan tulisan. It’s stuck. 

Apakah aku harus kembali menulis non fiksi lagi? 
Mungkin, tetapi aku harus menyelesaikan tulisan yang sudah aku mulai. Harus. Itu tanggung jawabku. Itu komitmenku. 

Ah, sudah. Menengok ke belakangnya sudah saja. Cukup. Ini sudah bulan Maret. Ingat, akhir bulan Februari kemarin, aku masuk dalam daftar Pre Elit Agent. Hal itu sungguh tak kusangka. Aku berharap bahwa aku tidak masuk dalam daftar itu, tetapi nyatanya aku termasuk di dalamnya. Sekarang aku harus apa? Ini harus kupikirkan benar-benar sebab semua akan berimbas pada konduite dan nama baikku di dunia kerja. 

Mungkin ini garis takdirku agar aku kembali fokus ke pekerjaanku sebagai agen asuransi. Apakah aku harus lupakan projek membuat buku atau menundanya? Atau kualihkan saja dengan menulis artikel di media cetak elektronik?  Kuingat, belum lama ini, temanku yang mantan wartawan itu mengajakku untuk belajar menulis artikel pada sebuah kelas menulis. Tapi kelas itu berlangsung selama sebulan. Itu pasti tidak main-main. Terlebih ia katakan bahwa tulisan non fiksiku lebih bagus daripada fiksi. 

Ya Allah. 
Perenungan ini adalah bagian dari istikharahku. Aku mohon petunjukMu. 

#30dwc
#30dwcjilid35
#day14


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman yang Membawa Hikmah

Perjalanan hidup setiap orang tentunya tidak sama. Namun yang pasti, setiap orang akan ada ujiannya masing-masing yang akan membawa takdir hidupnya masing-masing. Ujian hidup itu merupakan tantangan untuk ditaklukkan dan pastinya memberi pengalaman batin dan menjadi moment pendewasaan. Seperti halnya tema ngeblog yang ditetapkan MGN untuk Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog untuk bulan September 2023 ini yang bertemakan Pengalaman Menghadapi Tantangan Hidup Terbesar. Tantangan ngeblog kali ini benar-benar tantangan bagiku. Sungguh sulit untuk memulainya. Beberapa kali telah siap menghadap layar iPad dan jemari sudah siap mengetikkan kata-kata, tapi bingung mau mulai dari mana. Dari serangkaian peristiwa yang kualami, sejenak sulit untuk memilih mana yang merupakan Tantangan Hidup Terbesar sesuai tema yang ditetapkan. Berulang kali juga merasakan sesak di dada ketika mengingat kembali masa-masa sulit itu. Namun akhirnya aku menyimpulkan satu hal yang menjadi ...

Jelajah Dunia Kopi

Oktober datang, musim pun berganti menjelang. Angin berbisik lebih dingin, Menarik awan menggumpal tebal, Sebentar saja hujan pun tumpah, Gerimis hingga menderas, Nyamannya meringkuk dengan secangkir kopi panas. Awal bulan Oktober, grup MGN bukan hanya mengumumkan hasil tantangan bulan September, tetapi juga menyampaikan kabar tantangan bulan Oktober. Wah, kok tepat dengan suasana hujan dan ngopi sore ini. MGN menetapkan Tantangan Ngeblog Mamah Gajah Ngeblog bulan Oktober dengan tema Mamah dan Kopi. Hmm… mataku langsung melirik pada cangkir kopi di meja. Pikiran pun mengembara ke berbagai pengalaman tentang kopi yang pernah kucicipi.  Masa SMA adalah awal aku mencicipi kopi dan menjadi teman mengerjakan tugas sampai tengah malam. Namun suatu hari, ibuku melihatku minum kopi dan berkomentar bahwa lebih baik minum coklat panas daripada kopi. Hal itu karena coklat bisa menguatkan jantung, sedangkan kopi membuat jantung tidak sehat. Saat itu belum ada Google untuk mencari...

Kreatif dengan Memanfaatkan Apa yang Ada di Sekitar

Hidup ini memang harus kita jalani apapun yang terjadi. Tidak mungkin kan, hidup harus di hentikan sesaat hanya karena apa yang harus kita jalani menemui kebuntuan. Selagi hidup masih berlangsung, kita masih perlu makan, minum, mandi, dan lain-lain. Setidaknya, kita masih perlu akan kebutuhan dasar. Oleh karena itulah, kita harus kreatif untuk mencari jawaban atas kebuntuan yang bisa jadi kita temui dalam hidup.  Kalau kita mengikuti kegiatan pramuka, tentu kita diajarkan tentang bertahan hidup dengan peralatan yang minim. Belajar hidup sederhana dan bisa memanfaatkan apa yang ada di sekitar. Dari situ, seorang pramuka akan siap menghadapi kondisi hidup sulit sekalipun.  Namun ternyata, kondisi tersebut pun dialami oleh anak-anak yang tinggal di pondok pesantren. Anak saya yang kedua telah memilih untuk melanjutkan sekolah tahap SMP nya di Pondok Pesantren Assalam Solo. Betapa suatu pilihan yang sulit bagi saya waktu itu, karena, dengan begitu, saya tidak lagi melihatnya bangu...