Seminggu berlalu, Fitri masih sibuk dengan tugas kuliah di kamarnya. Di tengah pikirannya yang sedang fokus mengerjakan tugas, tiba-tiba gawainya berbunyi. Sebuah pesan masuk dari Lisna.
Fitri pun beranjak dari tempat duduknya. Ia membuka pintu agar sahabatnya bisa segera masuk.
“Assalmualaikum.” Lisna mengucap salam dan tersenyum ketika pintu dibuka.
“Waalaikum salam,” jawab Fitri. “langsung ke kamarku saja, Lis." ujar Fitri kemudian. Mereka pun beranjak masuk ke kamar Fitri.
“Kamu dari mana, Lis? Kok tahu-tahu sudah di depan rumahku?” Fitri langsung saja menyampaikan keheranannya.
“Dari masjid. Terus kepikiran kamu, deh,” kata Lisna sambil melirik-lirik genit.
“Hmm, bisa saja kamu.”
“Fit, kok kamu kemarin gak datang ke pengajian?” tanya Lisna sambil duduk di pinggiran tempat tidur.
“Males, aku! Pengajiannya sudah terasa aneh," ujar Fitri.
“Aneh apanya?” tanya Lisna penasaran.
“Kamu ingat, enggak, seminggu lalu, aku bertanya soal memilih pasangan hidup," Fitri berhenti sejenak. “Aku pikir aneh saja. Kok bisa-bisanya kak Rosma mengarahkan kita dengan cara perjodohan kayak begitu?”
“Ta’aruf maksudmu?” tanya Lisna memastikan.
“Ah, itu istilah bahasa Arab saja. Tapi cara yang dia sampaikan itu sama saja dengan perjodohan. Dia yakin pula dengan mengatakan bahwa sebagai guru akan mengarahkan dan mempertemukan kita dengan seseorang yang agamanya baik dan lain sebagainya.” Fitri berpendapat panjang lebar dan Lisna mendengarkan sahabatnya itu dengan seksama. Sejurus kemudian, Fitri pun melanjutkan, “Kita kenal kak Rosma berapa lama, sih? Kalau memang pacaran tidak boleh dan perjodohan adalah cara yang lebih direstui oleh agama, lalu apa bedanya kalau orang tua kita menjodohkan dengan anak dari temannya? Sementara orang tua kita lebih mengenal kita jauh lebih baik daripada kak Rosma dan seseorang yang dianggap gurunya itu.”
#30dwc
#30dwcjilid35
#day10
Komentar
Posting Komentar