Langsung ke konten utama

Ini Peta Hidupku (4)

“Terus bagaimana, dong?” tanya Lisna bingung. 
“Lah, yang jalanin hidup siapa, kenapa orang lain yang repot?” Fitri menimpali begitu saja. “Coba pikir, Lis. Apakah kehidupan ini harus berjalan seperti peta hidupnya orang lain? Lahir, sekolah dari TK, SD, SMP, kuliah, menikah, kerja, punya anak, dan seterusnya. Terus kalau belum juga menikah, dijodohkan-jodohkan, seumpama kamu punya ayam betina, aku punya ayam jantan, terus kita sepakat jodohkan mereka supaya ada telurnya,” kata Fitri dengan kritisnya. “Apa enggak boleh seseorang punya peta hidupnya sendiri? Setelah kuliah mau kerja saja terus.”
“Ih, sadis juga kamu! Nyama-nyamain orang sama ayam segala,” sahut Lisna sambil terkekeh.
“Lah? Bukankah begitu fenomena di masyarakat yang ada? Mereka lupa kalau kita juga manusia yang punya unsur perasaan. Kita pun memerlukan rasa pas untuk bisa berhubungan dengan orang lain. Seperti kita berdua. Kita merasa pas dan cocok selama ini untuk menjadi teman, sahabat, dan tak ragu untuk curhat segala hal, kan?” Fitri menegaskan lagi dengan memberi gambaran tentang kedekatan mereka berdua yang tidak semata-mata saling kenal saja. Akan tetapi, mereka bisa akrab dan saling percaya satu sama lainnya karena ada rasa kecocokan yang pas. “Kalau kata pak Habibie, satu frekuensi,” jelas Fitri lebih lanjut dengan mengacungkan jari telunjuknya.
“Terus, memangnya kamu enggak mau menikah?” tanya Lisna memancing.
“Ya enggak begitu juga. Kita tahu menikah itu sunah. Enggak maksud menolak untuk menikah juga, keleees,” jawab Fitri sambil menggeser tempat duduknya.
“Nah, itu kamu jawab sendiri. Menikah itu sunah, bukan wajib. Jadi jawabannya, boleh dong, kita punya peta hidup sendiri,” kata Lisna.
“Wah, mantap ini jawabannya,” pungkas Fitri setelah mendengar jawaban sahabatnya itu. “Tos dulu, dong,” kata Fitri sambil mengulurkan telapak tangan kanannya. Lisna pun menyambutnya dengan senang hati. Mereka pun tertawa senang dengan diskusi kecil sore itu. Terlebih lagi, mereka bersyukur dengan persahabatan yang baik itu. 

#30dwc
#30dwcjilid35
#day12

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman yang Membawa Hikmah

Perjalanan hidup setiap orang tentunya tidak sama. Namun yang pasti, setiap orang akan ada ujiannya masing-masing yang akan membawa takdir hidupnya masing-masing. Ujian hidup itu merupakan tantangan untuk ditaklukkan dan pastinya memberi pengalaman batin dan menjadi moment pendewasaan. Seperti halnya tema ngeblog yang ditetapkan MGN untuk Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog untuk bulan September 2023 ini yang bertemakan Pengalaman Menghadapi Tantangan Hidup Terbesar. Tantangan ngeblog kali ini benar-benar tantangan bagiku. Sungguh sulit untuk memulainya. Beberapa kali telah siap menghadap layar iPad dan jemari sudah siap mengetikkan kata-kata, tapi bingung mau mulai dari mana. Dari serangkaian peristiwa yang kualami, sejenak sulit untuk memilih mana yang merupakan Tantangan Hidup Terbesar sesuai tema yang ditetapkan. Berulang kali juga merasakan sesak di dada ketika mengingat kembali masa-masa sulit itu. Namun akhirnya aku menyimpulkan satu hal yang menjadi ...

Menulis Lagi

Gabung dengan berbagai komunitas itu membuat kita terlibat dengan banyak ragam aktifitas dan  memunculkan ide untuk aktifitas positif baru.  Salah satu komunitas yang kuikuti di facebook ialah ITB Motherhood, suatu group mamah-mamah alumni Institut Gajah di Bandung. Tidak terlalu aktif di dalam group tersebut, tapi kalau ada konten menarik bisa jadi akan urun komentar atau benar-benar akan terlibat di dalamnya.  Suatu malam, menjelang istirahat kusempatkan buka hp dan sesaat berhenti di suatu postingan tentang menulis di blog. Hmmmm menarik.  Ku buka blog ku ini.. ah , ternyata sudah sangat lama tak menulis disini meski kegiatan menulis masih saja berlanjut, tapi menulis di media lain.  Ku pikir, ini aktifitas yang bagus untuk menantang diri ku sendiri untuk disiplin menulis, dan juga melatih kemampuan ku dalam hal menulis.  Kalau kuingat mengapa dulu ingin punya blog adalah ingin punya tempat untuk curhat. Semacam diary pribadi yang biasanya menjadi rahasi...

Melanjutkan Pendidikan dengan Minat

Masa SD hingga SMA Ketika SD, ada kebiasaan kami untuk bertukar biodata. Kebiasaan tersebut menjadi sesuatu yang penting ketika menjelang kelulusan SD, karena, bisa jadi, kami tidak bertemu lagi di pendidikan selanjutnya. Bisa karena tidak satu sekolah yang sama atau pindah keluar kota. Salah satu point yang harus diisi adalah cita-cita.  Saat berusia 12 tahun, aku masih bingung untuk menetapkan cita-cita apa yang ingin ku raih. Karena itu, aku mengikuti pilihan teman-teman ku yang kebanyakan memilih sebagai insinyur pertanian, meski aku tak tahu bagaimana dan apa yang harus aku lakukan untuk meraihnya selain rajin belajar.  Ketika SMP, perhatian ku lebih banyak ke kegiatan ekstra kurikuler seperti pramuka, OSIS, dan pelajaran keterampilan pilihan yang bisa berganti-ganti di setiap semesternya. Hal itu membuat wawasan dan keterampilan ku menjadi beraneka di bidang bahasa, olah raga dan seni. Sementara minat khusus yang berhubungan dengan mata pelajaran belum muncul. Sekolah ku...