Langsung ke konten utama

Surat yang Terselip di Sebuah Novel (2)

Malam itu, salat tarawih diimami oleh seorang yang tak dikenal suaranya. Suara itu terdengar seperti seorang yang masih muda dan hafiz AlQuran. Makmum yang berada di saf muslimah tidak bisa melihat sosoknya karena tertutup layar hijab yang membentang cukup tinggi. Suara merdu sang Imam sungguh menyihir seluruh makmum. Keindahan alunan nada suaranya membuat betah untuk berlama-lama di dalam salat tarawih itu, meski ayat yang dibacakan cukup panjang. 

Tanpa disadari, Nadira meneteskan air mata. Hati Nadira yang tersentuh itu seiring dengan ingatannya pada ayah dan ibunya yang telah meninggal sepulang dari ibadah haji dua tahun lalu. Dua tahun sudah, ia dan adiknya, Manda, telah menjadi yatim piatu. Kesedihan hatinya tiba-tiba saja merebak dan mengikis kekhusyukan salatnya. Tetesan air matanya menjadi tangisan tak bersuara di tengah salat tarawih itu.  Seiring dengan ayat AlQuran yang dibacakan oleh Imam salat, Nadira menghanyutkan diri dalam doa dan mengadukan penat hatinya kepada Allah. 

Usai salat tarawih, Nadira masih tenggelam dalam zikir dan doa. Manda tak berani mengusiknya. Ia biarkan kakaknya menyelesaikan doanya sambil menunggu di dekat pintu keluar masjid. Sementara jamaah masjid itu telah pulang satu per satu. 

Taufik yang selalu bertugas untuk membersihkan masjid melihat Manda yang masih duduk di dekat pintu masjid. 
“Kok belum pulang, Nda?” tanyanya. Manda menoleh demi mendengar tanya dari Taufik.
“Kakak belum selesai berdoa," jawab Manda.
“Bagaimana kabar kalian? Baik-baik saja, kan?” tanyanya penuh perhatian.
“Alhamdulillah, Kak. Kami baik-baik saja kok”.

Suasana masjid sudah tidak sepadat tadi. Nadira pun mendengar percakapan Taufik dan adiknya. Ia pun segera menyelesaikan doa dan zikirnya, kemudian melipat mukenanya. Ia beranjak dari duduknya dan berjalan menuju pintu keluar di mana Manda berada. Sepintas ia melihat lelaki soleh yang merupakan tetangganya itu berada di dekat Manda. Ia tundukkan wajahnya. Sedapat mungkin ia tutupi matanya yang sembab. 
(bersambung)

#30dwc
#30dwcjilid35
#day2

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman yang Membawa Hikmah

Perjalanan hidup setiap orang tentunya tidak sama. Namun yang pasti, setiap orang akan ada ujiannya masing-masing yang akan membawa takdir hidupnya masing-masing. Ujian hidup itu merupakan tantangan untuk ditaklukkan dan pastinya memberi pengalaman batin dan menjadi moment pendewasaan. Seperti halnya tema ngeblog yang ditetapkan MGN untuk Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog untuk bulan September 2023 ini yang bertemakan Pengalaman Menghadapi Tantangan Hidup Terbesar. Tantangan ngeblog kali ini benar-benar tantangan bagiku. Sungguh sulit untuk memulainya. Beberapa kali telah siap menghadap layar iPad dan jemari sudah siap mengetikkan kata-kata, tapi bingung mau mulai dari mana. Dari serangkaian peristiwa yang kualami, sejenak sulit untuk memilih mana yang merupakan Tantangan Hidup Terbesar sesuai tema yang ditetapkan. Berulang kali juga merasakan sesak di dada ketika mengingat kembali masa-masa sulit itu. Namun akhirnya aku menyimpulkan satu hal yang menjadi ...

Menulis Lagi

Gabung dengan berbagai komunitas itu membuat kita terlibat dengan banyak ragam aktifitas dan  memunculkan ide untuk aktifitas positif baru.  Salah satu komunitas yang kuikuti di facebook ialah ITB Motherhood, suatu group mamah-mamah alumni Institut Gajah di Bandung. Tidak terlalu aktif di dalam group tersebut, tapi kalau ada konten menarik bisa jadi akan urun komentar atau benar-benar akan terlibat di dalamnya.  Suatu malam, menjelang istirahat kusempatkan buka hp dan sesaat berhenti di suatu postingan tentang menulis di blog. Hmmmm menarik.  Ku buka blog ku ini.. ah , ternyata sudah sangat lama tak menulis disini meski kegiatan menulis masih saja berlanjut, tapi menulis di media lain.  Ku pikir, ini aktifitas yang bagus untuk menantang diri ku sendiri untuk disiplin menulis, dan juga melatih kemampuan ku dalam hal menulis.  Kalau kuingat mengapa dulu ingin punya blog adalah ingin punya tempat untuk curhat. Semacam diary pribadi yang biasanya menjadi rahasi...

Melanjutkan Pendidikan dengan Minat

Masa SD hingga SMA Ketika SD, ada kebiasaan kami untuk bertukar biodata. Kebiasaan tersebut menjadi sesuatu yang penting ketika menjelang kelulusan SD, karena, bisa jadi, kami tidak bertemu lagi di pendidikan selanjutnya. Bisa karena tidak satu sekolah yang sama atau pindah keluar kota. Salah satu point yang harus diisi adalah cita-cita.  Saat berusia 12 tahun, aku masih bingung untuk menetapkan cita-cita apa yang ingin ku raih. Karena itu, aku mengikuti pilihan teman-teman ku yang kebanyakan memilih sebagai insinyur pertanian, meski aku tak tahu bagaimana dan apa yang harus aku lakukan untuk meraihnya selain rajin belajar.  Ketika SMP, perhatian ku lebih banyak ke kegiatan ekstra kurikuler seperti pramuka, OSIS, dan pelajaran keterampilan pilihan yang bisa berganti-ganti di setiap semesternya. Hal itu membuat wawasan dan keterampilan ku menjadi beraneka di bidang bahasa, olah raga dan seni. Sementara minat khusus yang berhubungan dengan mata pelajaran belum muncul. Sekolah ku...