Setelah salat ashar, Fitri bersiap untuk menghadiri pengajian putri di rumah Kak Rosma. Perjalanan menuju rumah Kak Rosma tidak terlalu jauh. Cukup 15 menit dengan berjalan kaki saja, Fitri sudah sampai di depan rumah Kak Rosma.
Kak Rosma sudah menanti di teras samping bersama Lisna dan Dewi sahabatnya. Seminggu sekali mereka berkumpul untuk melakukan kajian ayat-ayat suci AlQuran.
Setelah memaparkan materi kajian, kak Rosma akan menyediakan waktu untuk saling tanya jawab. Seperti pada hari itu, Fitri pun menyampaikan pertanyaan.
“Kak Rosma, bagaimanakah menurut pandangan Islam dalam memilih pasangan hidup?” tanya Fitri membuka sesi pertanyaan di pengajian itu.
“Hmm…Fitri sudah siap menikah, ya?” Kak Rosma menanggapi pertanyaan Fitri dengan senyum, tetapi pandangan matanya menunjukkan keseriusan. “Kalau memang Fitri sudah siap, nanti bisa saya ta’arufkan lewat foto saja, Fit. Nanti jika ada yan berminat serius juga, yang bersangkutan akan menyerahkan fotonya juga sehingga Fitri bisa mengenali wajahnya.” Jelas Kak Rosma kemudian.
Fitri melongo mendengarkan penjelasan itu. Padahal, bukan penjelasan seperti itu yang diharapkan. Fitri pun segera menanggapi, “Bukan begitu maksud saya, Kak. Pertanyaan saya, bagaimana menurut ajaran Islam dalam menentukan kriteria untuk pasangan hidup kita?”
“Oh, kalau itu, kita pilih yang bagus agamanya. Itulah sebabnya saya tadi bilang tentang ta’aruf. Karena, dengan cara itu, InsyaAllah akan ditemukan pasangan yang seiman, bagus aqidah dan akhlaknya. Melalui gurunya, InsyaAllah akan diarahkan, Fit," jelas kak Rosma panjang lebar. Namun Fitri tidak merasa pas dengan jawaban itu. Fitri hanya bisa diam dan tidak melanjutkan bertanya. Ia terdiam dan tiba-tiba saja hatinya merasa tidak cocok lagi dengan pengajian ini.
Pengajian masih berlangsung dengan pertanyaan dari kedua sahabatnya.
***
#30dwc
#30dwcjilid35
#day9
Komentar
Posting Komentar