Langsung ke konten utama

Kenangan Perjalanan Bersama Komunitas dan Mengantar Anak

Hello Februari.
Bulan yang pendek dan kebetulan pula kesempatan menulis untuk MGN pun menjadi lebih singkat. Semua komunikasi ada pada WhatsApp, sementara grup Mamah Gajah Ngeblog sudah pindah ke Telegram. Aku jadi terlambat mengetahui perkembangan yang terjadi di grup MGN.
Tapi tak mengapa. Aku akan tetap ikut menulis. Kali ini, Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog mengeluarkan tema tentang pengalaman melakukan perjalanan yang berkesan. 

Wah, ini membuatku harus mengingat perjalanan yang pernah kulakukan selama ini. Sebagai orang rumahan, aku sangat jarang melakukan perjalanan keluar kota kalau tidak ada kepentingan penting. Sejak kecil hingga berkeluarga, aku tidak pernah melakukan perjalanan panjang dengan tujuan piknik, sehingga aku tak punya catatan perjalanan khusus. 

Manager Conference Tupperware
Aku bergabung menjadi member Tupperware di anggap 17 Agustus 2002. Sejak itu, aku mempunyai aktivitas tambahan selain sebagai ibu rumah tangga. Tidak disangka juga, aku bisa mencapai level manajer dengan cepat. Event Manager Conference pun aku ikuti pertama kali di Bali pada tahun 2003. Itu pertama kalinya aku ke Bali. Karena acara selalu ada di hotel, kami tak ada kesempatan untuk jalan-jalan ke luar hotel. Namun ada peristiwa yang aneh sekali. Di hotel yang bersih itu, aku mencium bau p**p anak bungsuku yang ketika itu masih berumur 2 tahun. Bau itu sangat dekat sekali seperti menempel di ujung hidungku. 
Ketika pulang dari Bali, aku mendapat laporan dari pembantuku bahwa anakku sempat p**p banyak sekali sewaktu aku pergi ke Bali. Ah, ini aneh sekali. Masak sih, kedekatan ibu dan anak sampai sebegitunya? 

Tahun berikutnya, aku mengikuti Manager Conference di Kualalumpur dan kemudian ke Bangkok. Aku bersyukur bisa jalan-jalan gratis ke sana. 
Tapi, karena berangkatnya rombongan, aku tak bisa memisahkan diri dari rombongan untuk menikmati pojok-pojok eksotis tempat wisata di sana seperti yang bisa kita lihat melalui Google. 

Di tepi pasar kota Bangkok, aku temui penjual cenderamata. Aku melihat-lihat barang yang dijualnya. Si pedagang tampak ada obrolan dengan seorang wanita yang berdiri di pinggir kiosnya. Ketika wanita itu menjawab si pedagang, aku merasa ada yang ganjil. Ketika kulirik, wanita itu berjakun. 
Astaga! 
Ah, aku lupa. Bangkok kan memang banyak banci. Tapi sungguh cantik dan langsing. Tak nampak tanda bahwa ia mantan lelaki, kecuali jakunnya.

Liburan bersama Keluarga
April 2009, ayahnya anak-anak dipindahtugaskan ke Luwuk, Sulawesi Tengah. Oleh karena itu, kami mempunyai rencana untuk ikut pindah ke sana waktu itu. Desember 2009, aku dan anak-anak mencoba melihat kondisi kota Luwuk sambil berlibur. Waktu itu, jaringan internet di sana masih belum bagus dan fasilitas untuk sekolah tidak membuat anak-anak mau ikut pindah. Namun, kami sempat menikmati laut Sulawesi yang bening. Kami mencoba untuk snorkling dan berenang, mengumpulkan kerang di sepanjang pantai, bahkan kami menemukan bintang laut berwarna biru.
Sebagaimana lokasi pinggir pantai, di Luwuk ada pengusaha yang mengemas ikan fillet. Ikan yang dimaksud adalah ikan laut dalam. Dagingnya tebal, empuk dan gurih. Ikan fillet itu dikemas dalam plastik kedap udara dan beku. Sungguh enak sekali untuk digoreng tepung, dipanggang, atau apa saja sesuai selera. Kami pun membawanya sebagai oleh-oleh.
Dengan melihat itu saja, aku sudah punya gambaran luar biasa tentang Indonesia Timur yang penuh potensi sumber daya alam.

Bersama Komunitas IA ITB Yogyakarta dan Ertiga Club
Sebagai pengurus IA ITB Yogyakarta, aku mengurusi semua hal tentang organisasi itu. Sisi senangnya adalah ikut jalan-jalan mengikuti event yang diadakan seperti ke Candi Boko, Candi Borobudur dan Punthuk Setumbu, serta mengikuti Rakernas di Bali pada bulan September 2019. Sebenarnya, beberapa lokasi hanya di sekitar Yogyakarta saja. Tapi, percayalah. Tak ada niat yang kuat untuk pergi jika tidak ada kepentingan menuju lokasi wisata terdekat sekalipun.
Tahun 2010, bersama ibu Prilasiana (SR 77) atau yang biasa kupanggil dengan bu Anna, kami menjadi Tour Guide untuk angkatan 77 yang berlibur ke Yogyakarta. Acara itu cukup berkesan bagiku karena aku seolah diingatkan bahwa kota Yogyakarta, tempat di mana aku tinggal sekarang, mempunyai tempat wisata yang sangat banyak. Namun karena kesibukan sehari-hari, aku belum punya kesempatan untuk menjelajah tempat-tempat wisata itu. Dari event Tour de Jogja 77, aku jadi tahu bahwa produsen kain lurik masih ada dan masih memproduksi dengan mesin tenun tradisional.

Event itu pun menjadwalkan kunjungan ke Dieng. Tapi, karena berperan sebagai panitia, aku tak ikut jalan-jalan hingga ke Candi Arjuna. Bersama beberapa teman, aku menunggu di rumah penduduk dan disuguhi kopi purwaceng. Kopi purwaceng dikenal sebagai afrodisiak dan sebagai ‘obat kuat’ untuk kaum pria. Namun ternyata bisa juga dikonsumsi untuk wanita dengan racikan khusus wanita. Menurut penduduk setempat itu, kandungan purwaceng untuk wanita lebih ringan. Aku merasakan efek yang baik untuk tubuh. Saat itu, aku sedang dalam kondisi sangat lelah dan sedang datang bulan. Setelah minum kopi itu, aku merasakan tubuh dalam keadaan lebih fit, bahkan sakit-sakit yang biasa dirasa ketika datang bulan pun tidak kurasakan.

Karena khasiat purwaceng itu, aku berniat untuk kembali ke Dieng, Wonosobo, untuk bisa berlibur dan membeli kopi purwaceng lagi. Nampaknya mestakung, semesta mendukung. Aku pun kembali ke Dieng bersama komunitas Ertiga Club pada Oktober 2019. Sempat menginap dan merasakan udara pagi yang mencapai 10 derajat Celcius. Oh, dinginnya. 

Perjalanan Mengantar Anak
Anak kedua ku menjalani masa SMP dan SMA nya di Pondok Pesantren Assalam-Solo. Selama enam tahun itulah, sebulan sekali aku ke Solo menengoknya. Kadang sendiri, kadang bersama anak sulung dan bungsuku. Begitu lulus, anak kedua ku itu diterima di ITS. Itu berarti aku akan bolak balik ke Surabaya meski tidak akan sesering ketika anakku masih di Pondok Pesantren.   Setidaknya, aku akan mengantarnya dan memastikan dimana dia akan tinggal. 

Memasuki masa pandemi, anak-anak langsung pulang dan menjalani kuliah secara daring. Namun, ada masa si bungsu yang kuliah di jurusan Gizi UNAIR harus kembali ke kampus untuk menjalani praktikum secara luring. Desember 2020, aku mengantar si bungsu dengan mobil. Kami tidak mau ambil risiko akan tertular covid selama perjalanan dengan transportasi umum. Di situlah pertama kalinya aku menyetir sendiri sejauh 349 km, dari Yogyakarta ke Surabaya. Demikian pula pulangnya. Sungguh lelah, dan kami berhenti hampir di setiap rest area.

27 Januari 2022 kemarin, aku mengantar anak kedua yang kuliah di ITS untuk kembali ke Surabaya. Aku mengantarnya sekalian membantu untuk pindahan kost. Sepanjang perjalanan, cuaca mendung dan hujan deras di sepanjang tol. Pengalaman itu membuat kepulangan kami ke Yogyakarta harus berangkat sejak pagi. 3 Februari 2022, perjalanan pulang ku ditemani anak bungsu. Alhamdulillah, cuaca cerah di sepanjang jalan tol. Namun, memasuki daerah Prambanan, cuaca mulai mendung. Hujan mulai turun rintik-rintik ketika memasuki ring road. 

Pandangan di depan menunjukkan hujan deras dengan angin kencang. Pengendara motor pun menepi untuk memakai jas hujan. Mendekati perempatan di depan UPN, terdengar suara seolah meledak bersamaan dengan petir menyambar. Anakku melihat langsung petir itu, sementara aku yang fokus melihat ke depan hanya melihat bayangan cahaya dari samping mata kanan. 

Suara ‘dor' yang terdengar itu kemudian disusul dengan suara ‘krak’ yang sangat keras.
"Balihonya pecah, Ma!" seru anakku. 

Bersamaan dengan  itu, kabel listrik yang melintas jalan pun terjatuh mengenai mobil di depanku. Aku injak rem dan barisan mobil di belakangku pun berderet. Tidak berani meneruskan perjalanan sementara hujan angin masih berlangsung. 

Mobil di depanku pun mundur dan bergerak perlahan ke samping jalan untuk menghindari kabel yang terlepas itu. Satu per satu mobil di jalan itu pun melaju mengikuti. 

Sampai di depan Pasar Jambon, terlihat kemacetan di depan jalan. Ketika kemacetan terurai sedikit demi sedikit, kami sampai ke lokasi penyebab kemacetan. Rupanya ada pohon yang tumbang dan beberapa petugas sedang mengatasi masalah tersebut. 

Untunglah, jalan memasuki rumah kami tidak ada hambatan. Alhamdulillah, kami tiba di rumah sekitar jam 3 sore. 

Maaf jika tidak ada foto yang terlampir atas peristiwa ini. Kejadiannya sangat cepat dan kami lebih fokus menyelamatkan diri dari bahaya tersetrum listrik dari kabel yang jatuh itu. 

Komentar

  1. Pengalaman berkendara di jalan tol yang menegangkan ya Mba Sari. Ya Allah seremnya kondisi cuaca kala itu, badai petir sering membuat ketar ketir saat sedang di jalan. Alhamdulillah sampai tujuan dengan aman ya Mba :)

    Kok yang pas di Bali itu serem juga ya Mba Sari. Bisa membaui p**p-nya anak ehehe. Fenomena yang tak bisa dijelaskan ya Mba.

    BalasHapus
  2. subhanallah teh Sari ... perjalanan yang berkesan sekali, semoga selalu selamat dalam perjalanannya, aamiin ...

    aku ikut deg-degan pas baca kisah terakhir ...
    salam jalan-jalan

    BalasHapus
  3. Alhamdulillah Mba Sari dan anak selamat sewaktu perjalanan ke Surabaya di tengah hujan. Aku juga suka deg-degan, baliho jatuh, pohon tumbang, ga bisa di prediksi.

    Btw, yang di Bangkok tu memang bener lho Mba, aku tiap-tiap selalu kaget juga, cantik banget eh suaranya cowok banget haha

    BalasHapus
  4. Segitunya kedekatan ibu dan anak ya Mbak, sampai bisa cium bau anak walau terpisah kota. Aku belum punya pengalaman bisa pisah lama dari anak-anak ini.

    BalasHapus
  5. wah jagoan mbak bisa nyetir jauh dari Jogja ke Surabaya. Bagian cerita terakhir yang ada suara ledakan tapi sempat bikin deg-degan euy, bersyukur semua baik-baik saja.

    Setiap perjalanan menyimpan cerita memang ya. Tanpa foto pun pastinya tetap terpatri dalam ingatan.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman yang Membawa Hikmah

Perjalanan hidup setiap orang tentunya tidak sama. Namun yang pasti, setiap orang akan ada ujiannya masing-masing yang akan membawa takdir hidupnya masing-masing. Ujian hidup itu merupakan tantangan untuk ditaklukkan dan pastinya memberi pengalaman batin dan menjadi moment pendewasaan. Seperti halnya tema ngeblog yang ditetapkan MGN untuk Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog untuk bulan September 2023 ini yang bertemakan Pengalaman Menghadapi Tantangan Hidup Terbesar. Tantangan ngeblog kali ini benar-benar tantangan bagiku. Sungguh sulit untuk memulainya. Beberapa kali telah siap menghadap layar iPad dan jemari sudah siap mengetikkan kata-kata, tapi bingung mau mulai dari mana. Dari serangkaian peristiwa yang kualami, sejenak sulit untuk memilih mana yang merupakan Tantangan Hidup Terbesar sesuai tema yang ditetapkan. Berulang kali juga merasakan sesak di dada ketika mengingat kembali masa-masa sulit itu. Namun akhirnya aku menyimpulkan satu hal yang menjadi

Jelajah Dunia Kopi

Oktober datang, musim pun berganti menjelang. Angin berbisik lebih dingin, Menarik awan menggumpal tebal, Sebentar saja hujan pun tumpah, Gerimis hingga menderas, Nyamannya meringkuk dengan secangkir kopi panas. Awal bulan Oktober, grup MGN bukan hanya mengumumkan hasil tantangan bulan September, tetapi juga menyampaikan kabar tantangan bulan Oktober. Wah, kok tepat dengan suasana hujan dan ngopi sore ini. MGN menetapkan Tantangan Ngeblog Mamah Gajah Ngeblog bulan Oktober dengan tema Mamah dan Kopi. Hmm… mataku langsung melirik pada cangkir kopi di meja. Pikiran pun mengembara ke berbagai pengalaman tentang kopi yang pernah kucicipi.  Masa SMA adalah awal aku mencicipi kopi dan menjadi teman mengerjakan tugas sampai tengah malam. Namun suatu hari, ibuku melihatku minum kopi dan berkomentar bahwa lebih baik minum coklat panas daripada kopi. Hal itu karena coklat bisa menguatkan jantung, sedangkan kopi membuat jantung tidak sehat. Saat itu belum ada Google untuk mencari tah

Kreatif dengan Memanfaatkan Apa yang Ada di Sekitar

Hidup ini memang harus kita jalani apapun yang terjadi. Tidak mungkin kan, hidup harus di hentikan sesaat hanya karena apa yang harus kita jalani menemui kebuntuan. Selagi hidup masih berlangsung, kita masih perlu makan, minum, mandi, dan lain-lain. Setidaknya, kita masih perlu akan kebutuhan dasar. Oleh karena itulah, kita harus kreatif untuk mencari jawaban atas kebuntuan yang bisa jadi kita temui dalam hidup.  Kalau kita mengikuti kegiatan pramuka, tentu kita diajarkan tentang bertahan hidup dengan peralatan yang minim. Belajar hidup sederhana dan bisa memanfaatkan apa yang ada di sekitar. Dari situ, seorang pramuka akan siap menghadapi kondisi hidup sulit sekalipun.  Namun ternyata, kondisi tersebut pun dialami oleh anak-anak yang tinggal di pondok pesantren. Anak saya yang kedua telah memilih untuk melanjutkan sekolah tahap SMP nya di Pondok Pesantren Assalam Solo. Betapa suatu pilihan yang sulit bagi saya waktu itu, karena, dengan begitu, saya tidak lagi melihatnya bangun pagi da