Langsung ke konten utama

Perempuan dan Orang Ketiga dalam Perkawinan

Agak sulit juga bagi saya untuk memulai topik ini. Dalam benak saya, topik ini adalah tentang rumah tangga yang terganggu karena hadirnya orang ketiga. Orang ketiga itu bisa laki-laki maupun perempuan. Jika laki-laki, berarti istri yang melakukan perselingkuhan, tetapi bisa juga pelakunya adalah sang suami. 

Pada kasus suami memiliki orang ketiga yang berjenis kelamin laki-laki, suami memiliki kelainan, yaitu suami adalah seorang biseksual. Namun bisa juga, suami adalah seorang homoseksual. Saya pernah mendengar kisah ini dari seorang teman yang mempunyai teman bersuamikan seorang homoseksual. Ada kisah panjang yang menjadikan sang suami memiliki kecenderungan terhadap sesama jenis. Salah satunya adalah masalah inner child yang membekas dan membentuk kepribadian sang suami.  Begitu mengetahui kondisi sang suami, sang istri segera mengambil tindakan untuk menceraikannya. Hubungan yang sudah tidak sehat itu tak bisa dilanjutkan mengingat ada seorang anak di antara mereka. 

Jika orang ketiga tersebut adalah perempuan, pelaku perselingkuhan adalah sang suami. Namun, saya belum pernah  mendengar perselingkuhan seorang istri dengan seorang perempuan karena mereka pasangan lesbian. Tapi, mungkin saja ada kasus yang demikian di dunia ini. 

Banyak kisah yang menggambarkan perselingkuhan suami dengan WIL (wanita idaman lain). Sebutan WIL lebih trend saat ini disebut pelakor (perebut laki orang). Banyak kisah tentang pelakor ini seperti cerita yang sedang heboh akhir-akhir ini. Layangan Putus.

Sedapat mungkin, rumah tangga terbina hingga akhir hayat. Sepasang manusia yang telah berkomitmen untuk membina rumah tangga bersama harus menjaga komitmen itu setiap saat. Hadirnya orang ketiga dalam kehidupan perkawinan adalah ujian kesetiaan pasangan tersebut. Seolah takdir menghadirkan makhluk yang disebut orang ketiga itu untuk menguji seberapa besar komitmen pasangan tersebut. 

Bagaimana pun, syaiton akan menggoda manusia hingga akhir zaman. Hadirnya orang ketiga adalah alat bagi syaiton untuk menggoyahkan iman seseorang. Allah telah berfirman : 
”Katakanlah kepada laki-laki yang beriman,'Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.'” (QS. An-Nur [24] : 30).

Tentunya kita semua berharap mendapatkan kehidupan yang baik-baik saja. Tetapi, hidup di dunia ini menjadi terasa sulit saja rasanya. Kata orang, jangankan mendapatkan yang halal, untuk mendapatkan yang haram saja sulit.  Namun, hidup ini harus diperjuangkan dengan benar. Hasil yang baik harus diupayakan dengan cara yang baik pula.

Perempuan yang bertindak sebagai orang ketiga pun, bisa jadi, tidak ingin menjalani kehidupan seperti itu. Mungkin saja kehidupannya sulit sehingga jalan satu-satunya yang terpikirkan adalah menjadi pelakor. Disitulah, pentingnya pemberdayaan perempuan seperti yang sudah saya bahas pada tulisan sebelumnya. Jika perempuan berdaya, sadar akan potensi dirinya, ia tak perlu mengambil keputusan negatif dan merusak kehidupan orang lain. Sudah semestinya kita mempunyai empati terhadap sesama. Menjadi pelakor sama artinya menyakiti hati perempuan lain. Sebagai sesama perempuan, tentu bisa merasakan bagaimana jika pasangan hidup kita berselingkuh dengan perempuan lain. Apalagi jika ada anak-anak di antara pasangan tersebut. Tegakah meredupkan senyum anak-anak itu?
(Bersambung)

#30dwc
#30dwcjilid34
#day18
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman yang Membawa Hikmah

Perjalanan hidup setiap orang tentunya tidak sama. Namun yang pasti, setiap orang akan ada ujiannya masing-masing yang akan membawa takdir hidupnya masing-masing. Ujian hidup itu merupakan tantangan untuk ditaklukkan dan pastinya memberi pengalaman batin dan menjadi moment pendewasaan. Seperti halnya tema ngeblog yang ditetapkan MGN untuk Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog untuk bulan September 2023 ini yang bertemakan Pengalaman Menghadapi Tantangan Hidup Terbesar. Tantangan ngeblog kali ini benar-benar tantangan bagiku. Sungguh sulit untuk memulainya. Beberapa kali telah siap menghadap layar iPad dan jemari sudah siap mengetikkan kata-kata, tapi bingung mau mulai dari mana. Dari serangkaian peristiwa yang kualami, sejenak sulit untuk memilih mana yang merupakan Tantangan Hidup Terbesar sesuai tema yang ditetapkan. Berulang kali juga merasakan sesak di dada ketika mengingat kembali masa-masa sulit itu. Namun akhirnya aku menyimpulkan satu hal yang menjadi ...

Menulis Lagi

Gabung dengan berbagai komunitas itu membuat kita terlibat dengan banyak ragam aktifitas dan  memunculkan ide untuk aktifitas positif baru.  Salah satu komunitas yang kuikuti di facebook ialah ITB Motherhood, suatu group mamah-mamah alumni Institut Gajah di Bandung. Tidak terlalu aktif di dalam group tersebut, tapi kalau ada konten menarik bisa jadi akan urun komentar atau benar-benar akan terlibat di dalamnya.  Suatu malam, menjelang istirahat kusempatkan buka hp dan sesaat berhenti di suatu postingan tentang menulis di blog. Hmmmm menarik.  Ku buka blog ku ini.. ah , ternyata sudah sangat lama tak menulis disini meski kegiatan menulis masih saja berlanjut, tapi menulis di media lain.  Ku pikir, ini aktifitas yang bagus untuk menantang diri ku sendiri untuk disiplin menulis, dan juga melatih kemampuan ku dalam hal menulis.  Kalau kuingat mengapa dulu ingin punya blog adalah ingin punya tempat untuk curhat. Semacam diary pribadi yang biasanya menjadi rahasi...

Melanjutkan Pendidikan dengan Minat

Masa SD hingga SMA Ketika SD, ada kebiasaan kami untuk bertukar biodata. Kebiasaan tersebut menjadi sesuatu yang penting ketika menjelang kelulusan SD, karena, bisa jadi, kami tidak bertemu lagi di pendidikan selanjutnya. Bisa karena tidak satu sekolah yang sama atau pindah keluar kota. Salah satu point yang harus diisi adalah cita-cita.  Saat berusia 12 tahun, aku masih bingung untuk menetapkan cita-cita apa yang ingin ku raih. Karena itu, aku mengikuti pilihan teman-teman ku yang kebanyakan memilih sebagai insinyur pertanian, meski aku tak tahu bagaimana dan apa yang harus aku lakukan untuk meraihnya selain rajin belajar.  Ketika SMP, perhatian ku lebih banyak ke kegiatan ekstra kurikuler seperti pramuka, OSIS, dan pelajaran keterampilan pilihan yang bisa berganti-ganti di setiap semesternya. Hal itu membuat wawasan dan keterampilan ku menjadi beraneka di bidang bahasa, olah raga dan seni. Sementara minat khusus yang berhubungan dengan mata pelajaran belum muncul. Sekolah ku...