Langsung ke konten utama

Perencanaan Kerja Seorang Ibu Bekerja

Di setiap awal tahun, pasti ada pembuatan  rencana kerja untuk setahun ke depan. Orang menyebutnya dengan resolusi. Ada semacam harapan yang ingin dicapai yang diproyeksikan dalam rencana jangka pendek, menengah, dan jangka panjang. Sebenarnya, hal ini perlu dilakukan agar aktivitas kita mempunyai arah dan tujuan. Namun, tidak semua orang melakukannya. Kalaupun ada yang melakukannya, tidak semua orang yang bisa konsisten menjalankan sesuai resolusi yang dibuat. 

Saya beberapa kali membuat resolusi, tetapi kenyataannya aktivitas yang berjalan sering tidak berjalan sesuai dengan rencana. Kalaupun ada yang sesuai rencana, hasilnya sangat jauh dari ekspektasi. Jadi, bisa disimpulkan bahwa saya termasuk yang tidak konsisten menjalani aktivitas sesuai rencana dalam resolusi. Hal itu membuat saya tidak lagi termotivasi untuk membuat resolusi. Saya jalani hari-hari dari tahun ke tahun seperti air mengalir saja. Padahal bergerak mengikuti air itu sangat berisiko, bukan? Hal itu karena bisa jadi air mengalir ke arah jurang dan kita, mau tak mau, harus ikut terjun bebas. 

Tahun ini, tahun 2022, nampaknya saya dipaksa untuk membuat resolusi lagi. Ini sepeti diingatkan kembali dengan berbagai impian yang belum tercapai. Slide demi slide yang terpampang memancing impian untuk bisa meraih target yang maksimal. Berbagai tujuan target digelar di depan mata, tinggal kita memilih, mau ke mana tujuan yang akan dituju.

Saya tak menampik bahwa semua yang ditawarkan itu menarik. Siapa yang tidak ingin jalan-jalan ke luar negeri dengan gratis? Siapa yang tak ingin ada peningkatan karier? Siapa pula yang tak ingin komisinya bertambah? 
Tak ada. 
Bisa dipastikan semua yang ditawarkan itu adalah sesuatu yang diinginkan semua orang. Namun, berkaitan dengan reward itu, kita harus tetapkan target pribadi sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. 

Kalau menuruti keinginan, saya mau semua yang ditawarkan itu. Akan tetapi, saya harus realistis menetapkan tujuan agar semuanya terukur dan tidak mengorbankan kepentingan lain. Saya harus memikirkan semua sumber daya dan tanggung jawab yang ada karena semua itu akan berpengaruh pada berjalan atau tidaknya rencana yang akan ditetapkan. Bisa saja saya tetapkan secara asal, tetapi itu tidak bisa dilakukan, setidaknya bagi saya. Bagi saya, penetapan target itu adalah tanggung jawab yang saya nyatakan bahwa saya bersedia untuk melaksanakannya. Ada tanggung jawab moral di dalam diri saya dan itu akan menyangkut integritas diri saya. 

Namun, saya harus mengingat hal-hal yang memerlukan perhatian saya secara prioritas. Itu berarti saya harus alokasikan waktu saya untuk beberapa hal. Saya sebagai ibu mempunyai tanggung jawab untuk memperhatikan keperluan anak-anak dan rumah agar semua berjalan dengan semestinya. Sebagai ibu rumah tangga yang tidak memiliki asisten rumah tangga, saya sudah mencoba berdamai dengan segala situasi. Itu saya lakukan karena keterbatasan tenaga dan waktu, sehingga saya hanya bisa bereskan rumah sebisa saya. 

Saya sebagai pribadi sudah tidak bisa lagi melakukan me time. Istirahat terbaik saya hanyalah tidur di malam hari. Itu pun sudah terpotong dengan kegiatan lain yang menuntut kefokusan saya, yaitu menulis. Kegiatan sosial pun sudah tidak bisa seaktif dulu. Sekarang, kegiatan sosial hanya bisa dilakukan sebagai partisipan, bukan sebagai pengurus. 

Waktu 24 jam serasa kurang, meski semua orang punya waktu yang sama dalam sehari. Namun, dengan semua impian dan tujuan hidup yang ingin dicapai, saya harus memilih mana yang harus lebih fokus dikerjakan. Hal yang bisa diadaptasi pun harus dilakukan. Koordinasi dengan berbagai pihak yang dibutuhkan pun harus dilakukan. 

Demikianlah jika seorang ibu bekerja harus membuat perencanaan kerja dengan penetapan target. Pelaksanaannya memerlukan fleksibilitas kerja yang luar biasa. Mungkin saja akan ditemui beberapa ketidaksempurnaan. Namun setidaknya, ibu sudah mengupayakan yang terbaik yang bisa dilakukan.

Semoga target yang ditetapkan bisa tercapai. It becomes a breakthrough of 2022. Bismillah

#30dwc
#30wcjilid34
#day25

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman yang Membawa Hikmah

Perjalanan hidup setiap orang tentunya tidak sama. Namun yang pasti, setiap orang akan ada ujiannya masing-masing yang akan membawa takdir hidupnya masing-masing. Ujian hidup itu merupakan tantangan untuk ditaklukkan dan pastinya memberi pengalaman batin dan menjadi moment pendewasaan. Seperti halnya tema ngeblog yang ditetapkan MGN untuk Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog untuk bulan September 2023 ini yang bertemakan Pengalaman Menghadapi Tantangan Hidup Terbesar. Tantangan ngeblog kali ini benar-benar tantangan bagiku. Sungguh sulit untuk memulainya. Beberapa kali telah siap menghadap layar iPad dan jemari sudah siap mengetikkan kata-kata, tapi bingung mau mulai dari mana. Dari serangkaian peristiwa yang kualami, sejenak sulit untuk memilih mana yang merupakan Tantangan Hidup Terbesar sesuai tema yang ditetapkan. Berulang kali juga merasakan sesak di dada ketika mengingat kembali masa-masa sulit itu. Namun akhirnya aku menyimpulkan satu hal yang menjadi ...

Menulis Lagi

Gabung dengan berbagai komunitas itu membuat kita terlibat dengan banyak ragam aktifitas dan  memunculkan ide untuk aktifitas positif baru.  Salah satu komunitas yang kuikuti di facebook ialah ITB Motherhood, suatu group mamah-mamah alumni Institut Gajah di Bandung. Tidak terlalu aktif di dalam group tersebut, tapi kalau ada konten menarik bisa jadi akan urun komentar atau benar-benar akan terlibat di dalamnya.  Suatu malam, menjelang istirahat kusempatkan buka hp dan sesaat berhenti di suatu postingan tentang menulis di blog. Hmmmm menarik.  Ku buka blog ku ini.. ah , ternyata sudah sangat lama tak menulis disini meski kegiatan menulis masih saja berlanjut, tapi menulis di media lain.  Ku pikir, ini aktifitas yang bagus untuk menantang diri ku sendiri untuk disiplin menulis, dan juga melatih kemampuan ku dalam hal menulis.  Kalau kuingat mengapa dulu ingin punya blog adalah ingin punya tempat untuk curhat. Semacam diary pribadi yang biasanya menjadi rahasi...

Melanjutkan Pendidikan dengan Minat

Masa SD hingga SMA Ketika SD, ada kebiasaan kami untuk bertukar biodata. Kebiasaan tersebut menjadi sesuatu yang penting ketika menjelang kelulusan SD, karena, bisa jadi, kami tidak bertemu lagi di pendidikan selanjutnya. Bisa karena tidak satu sekolah yang sama atau pindah keluar kota. Salah satu point yang harus diisi adalah cita-cita.  Saat berusia 12 tahun, aku masih bingung untuk menetapkan cita-cita apa yang ingin ku raih. Karena itu, aku mengikuti pilihan teman-teman ku yang kebanyakan memilih sebagai insinyur pertanian, meski aku tak tahu bagaimana dan apa yang harus aku lakukan untuk meraihnya selain rajin belajar.  Ketika SMP, perhatian ku lebih banyak ke kegiatan ekstra kurikuler seperti pramuka, OSIS, dan pelajaran keterampilan pilihan yang bisa berganti-ganti di setiap semesternya. Hal itu membuat wawasan dan keterampilan ku menjadi beraneka di bidang bahasa, olah raga dan seni. Sementara minat khusus yang berhubungan dengan mata pelajaran belum muncul. Sekolah ku...