Langsung ke konten utama

Kegalauanku di Hari ke-19 30dwc Jilid 34

Di bulan Oktober 2021, kulihat temanku mengunggah sebuah konten di Instagram. Konten itu adalah sebuah deklarasi bahwa ia akan mengikuti sebuah kegiatan menulis selama sebulan penuh. Nama kegiatan itu disebut 30dwc atau 30 days writing challenge

Aku tertarik untuk mengikutinya juga. Oleh karena itu, aku hubungi temanku melalui direct message di Instagram. Aku tanyakan bagaimana pendaftaran dan segala hal teknisnya. Singkat cerita, aku ikut mendaftar. Saat itu adalah 30dwc jilid 33. Itu artinya kegiatan tersebut sudah berlangsung 32 kali, dan bulan itu akan berlangsung yang ke-33.

Alhamdulillah, aku ikuti kegiatan itu dengan lancar. Aku ikuti 30dwc jilid 33 dengan tema tulisan tentang Asuransi. Tulisan itu kumaksudkan untuk mengisi blog baruku, khusus untuk menunjang pekerjaanku sebagai agen asuransi. 

Di tengah bulan Desember 2021, aku ikuti lagi kegiatan menulis 30dwc ini. Kali ini, aku ingin menulis segala hal tentang Perempuan. Topik ini, awalnya, akan kujadikan materi pada podcast. Akan tetapi, aku tak berhasil membuat akun podcast dengan gambar profil sesuai keinginanku. Dengan demikian,  aku batalkan untuk membuat podcast. 

Namun, aku masih menyimpan banyak kata untuk topik Perempuan. Oleh karena itu, pada 30dwc jilid 34 ini, aku akan menulis dengan menggunakan tema Perempuan. Bank ide sudah kubuat untuk 25 hari. Tulisanku hingga hari ke-18 pun masih setia mengikuti urutan pada bank ide. 

Sejak hari ke-15, aku mengusahakan untuk mengunggah tulisan pada siang atau sore hari. Hal itu penting untuk mengatur waktu agar aku bisa melakukan feedback tulisan teman-teman dan mengikuti kouf. Feedback dan kouf adalah bagian dari kegiatan 30dwc. 

Hari ke-19 adalah hari Sabtu,  8 Januari 2022. Aku mempunyai agenda acara yang cukup padat. Ada undangan pertemuan bersama alumni dan undangan rapat untuk urusan pekerjaan. Secara keseluruhan, kedua acara itu akan mengambil waktuku dari jam 9 pagi hingga jam 5 sore. Ini berarti aku tak bisa membuat tulisan dan mengunggahnya pada siang atau sore hari. 

Sepintas aku lihat di grup Whatsapp Empire jilid 34, mas Jamal dan kawan-kawan membuat permainan unik. Mereka saling sambung menyambung tulisan. Idenya bagus. Tetapi tulisan seperti itu memang akan menjadi unik jika dikerjakan beramai-ramai. Jika ditulis sendirian, penulis harus sangat kreatif dan mempunyai bermacam ide yang akan ditulis secara acak. Seperti orang meracau, bicara dari topik yang satu menyambung ke yang lainnya tanpa jeda. 

Hari sudah mendekati malam. Aku belum siap sebuah kalimat pun untuk tulisan yang sesuai dengan bank ideku. Teringat permainan mas Jamal dan kawan-kawan tadi, aku jadi terpikir untuk menuliskan saja kegalauanku hari ini. 

Nah, ternyata kegalauanku hari ini sudah sembilan alinea. Sampai kalimat sebelum ini, tulisan ini sudah mencapai 406 kata. Sudah layak untuk diunggah sebenarnya. Selain itu, saat ini sudah jam 19.05 WIB. Alhamdulillah, tulisan ini selesai dalam waktu satu jam.

Baiklah. Akan kuunggah tulisan ini sekarang. Kemudian, aku akan segera mengerjakan feedback untuk dua squad malam ini. Aku berharap, besok, aku bisa kembali menulis dan mengunggah sebelum malam hari. 

#30dwc
#30dwcjilid34
#day19

Note:
Kouf = Kelas online upgrading fighters

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman yang Membawa Hikmah

Perjalanan hidup setiap orang tentunya tidak sama. Namun yang pasti, setiap orang akan ada ujiannya masing-masing yang akan membawa takdir hidupnya masing-masing. Ujian hidup itu merupakan tantangan untuk ditaklukkan dan pastinya memberi pengalaman batin dan menjadi moment pendewasaan. Seperti halnya tema ngeblog yang ditetapkan MGN untuk Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog untuk bulan September 2023 ini yang bertemakan Pengalaman Menghadapi Tantangan Hidup Terbesar. Tantangan ngeblog kali ini benar-benar tantangan bagiku. Sungguh sulit untuk memulainya. Beberapa kali telah siap menghadap layar iPad dan jemari sudah siap mengetikkan kata-kata, tapi bingung mau mulai dari mana. Dari serangkaian peristiwa yang kualami, sejenak sulit untuk memilih mana yang merupakan Tantangan Hidup Terbesar sesuai tema yang ditetapkan. Berulang kali juga merasakan sesak di dada ketika mengingat kembali masa-masa sulit itu. Namun akhirnya aku menyimpulkan satu hal yang menjadi

Jelajah Dunia Kopi

Oktober datang, musim pun berganti menjelang. Angin berbisik lebih dingin, Menarik awan menggumpal tebal, Sebentar saja hujan pun tumpah, Gerimis hingga menderas, Nyamannya meringkuk dengan secangkir kopi panas. Awal bulan Oktober, grup MGN bukan hanya mengumumkan hasil tantangan bulan September, tetapi juga menyampaikan kabar tantangan bulan Oktober. Wah, kok tepat dengan suasana hujan dan ngopi sore ini. MGN menetapkan Tantangan Ngeblog Mamah Gajah Ngeblog bulan Oktober dengan tema Mamah dan Kopi. Hmm… mataku langsung melirik pada cangkir kopi di meja. Pikiran pun mengembara ke berbagai pengalaman tentang kopi yang pernah kucicipi.  Masa SMA adalah awal aku mencicipi kopi dan menjadi teman mengerjakan tugas sampai tengah malam. Namun suatu hari, ibuku melihatku minum kopi dan berkomentar bahwa lebih baik minum coklat panas daripada kopi. Hal itu karena coklat bisa menguatkan jantung, sedangkan kopi membuat jantung tidak sehat. Saat itu belum ada Google untuk mencari tah

Kreatif dengan Memanfaatkan Apa yang Ada di Sekitar

Hidup ini memang harus kita jalani apapun yang terjadi. Tidak mungkin kan, hidup harus di hentikan sesaat hanya karena apa yang harus kita jalani menemui kebuntuan. Selagi hidup masih berlangsung, kita masih perlu makan, minum, mandi, dan lain-lain. Setidaknya, kita masih perlu akan kebutuhan dasar. Oleh karena itulah, kita harus kreatif untuk mencari jawaban atas kebuntuan yang bisa jadi kita temui dalam hidup.  Kalau kita mengikuti kegiatan pramuka, tentu kita diajarkan tentang bertahan hidup dengan peralatan yang minim. Belajar hidup sederhana dan bisa memanfaatkan apa yang ada di sekitar. Dari situ, seorang pramuka akan siap menghadapi kondisi hidup sulit sekalipun.  Namun ternyata, kondisi tersebut pun dialami oleh anak-anak yang tinggal di pondok pesantren. Anak saya yang kedua telah memilih untuk melanjutkan sekolah tahap SMP nya di Pondok Pesantren Assalam Solo. Betapa suatu pilihan yang sulit bagi saya waktu itu, karena, dengan begitu, saya tidak lagi melihatnya bangun pagi da